Sesuaikan Kebutuhan Konsumen, Otsuka Rapikan Strategi Channeling dan Komunikasi

marketeers article
Rising food and grocery store prices and cost of living concept. Man counting food and consumer goods money with pen, paper and calculator at home. Budget of disadvantaged and low income family.

Di masa krisis saat ini, perusahaan perlu menyiapkan strategi untuk bertahan. Otsuka Indonesia pun menerapkan konsep SPA (Servicing, Preparing, dan Actualizing). Namun, tidak hanya menerapkan SPA untuk jangka panjang, Otsuka juga menerapkan SPA yang dipersingkat dan repetitif selama dan setelah pandemi.

“Apa yang kami lakukan adalah di setiap proses SPA, kami membagi kembali SPA yang kecil-kecil dengan proses yang sangat sederhana dan repetitif. Jadi, daripada tidak berbuat apa-apa lebih baik kita melakukan sesuatu untuk mempersiapkan masa depan,” ujar Harry Bagyo, President Commissioner of Otsuka Indonesia dalam acara Industry Roundtable: Surviving The COVID-19, Preparing The Post sektor fast-moving consumer good (FMCG), Selasa (19/05/2020).

Salah satu yang dilakukan oleh Otsuka adalah meningkatkan aktivitas promosi di convenience store. Data dari McKinsey menunjukkan adanya perubahan frekuensi pembelian bahan makanan selama COVID-19. Dan, convenience store mengalami pertumbuhan hingga 47% saat pandemi.

“Melihat data tersebut, kami pun melakukan persiapan yaitu bagaimana caranya agar Otsuka melakukan promosi lebih di convenience store. Meskipun kami juga tidak melupakan pasar lainnya,” kata Harry.

Selain itu, Otsuka juga mengubah strategi komunikasi marketing. Selama pandemi terdapat pergeseran aktivitas konsumen, di mana lebih banyak konsumen yang mementingkan kesehatan.

Data Mobile Marketing Association memperlihatkan, selama pandemi konsumen lebih memprioritaskan makan buah dan sayuran (47%), mengkonsumsi vitamin (46%), dan melakukan olah raga (18%).

Adanya pergeseran perilaku konsumen membuat komunikasi marketing juga perlu diubah. Contohnya, saat memiliki produk snack, perusahaan harus dapat mengkomunikasikan bahwa snack tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan konsumen akan vitamin atau setara dengan mengonsumsi buah dan sayuran.

“Kita harus bisa mengkomunikasikan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen. Jadi, perusahaan harus pintar mengikuti wave atau tren konsumen yang ada sehingga komunikasi marketing dapat tepat sasaran,” jelas Harry.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related