Bagi Anda, khususnya generasi yang masa kecilnya berada di periode tahun 1980-an ke atas, tentu akrab dengan film Si Unyil. Si Unyil merupakan seri televisi dalam bentuk drama boneka yang mengudara saban Minggu pagi di TVRI kala itu dan tayang perdana pada 5 April 1981. Seri yang diciptkan oleh Suyadi alias Pak Raden ini kemudian ditayangkan lagi di RCTI pada tahun 2002 dan pada medio 2003 pindah ke TPI hingga akhir tahun 2003.
Setelah tahun tersebut, nama Si Unyil mulai ditinggalkan. Apalagi televisi-televisi makin dijejali dengan tayangan film anak-anak yang beragam, khususnya film produksi dari luar negeri. Dalam rangka menyelamatkan legenda film anak-anak tersebut, Perum Produksi Film (PFN) selaku BUMN yang berkiprah di bidang perfilman, berupaya menghadirkan kembali karakter Si Unyil. Tapi, tidak lagi dalam bentuk seri drama boneka, melainkan dalam seri animasi yang lebih kekinian. Hal inilah yang disampaikan oleh Abduh Aziz, Direktur Utama PFN kepada Marketeers TV.
“PFN menyadari Si Unyil sudah menjadi brand yang kuat dan hidup. Unyil harus dirilis ulang dan dihadirkan kembali dalam bentuk yang lebih kekinian. Kami tidak lagi memilih teater boneka, tetapi dalam seri animasi 3D,” kata Abduh.
Abduh menambahkan, saat ini PFN sudah menyiapkan 26 episode. Menariknyaa, seluruh proses produksi dilakukan di dalam negeri dengan melibatkan enam studio lokal.
Kekuatan animasi Indonesia, sambung Abduh, sudah tidak diragukan lagi. Indonesia memiliki banyak talent yang bergerak di bidang animasi ini. Sejak dulu, komunitas animasi Indonesia bermimpi untuk memiliki intelectual property dalam bentuk film. Akhirnya, Si Unyil menjadi salah satu pilihannya.
“Tantangannya adalah bagaimana mentransformasi citra kuat dari boneka menjadi bentuk animasi yang kemungkinan disukai oleh anak-anak zaman sekarang,” ujar Abduh.
Seperti apa proses penggarapannya? Simak interview Marketeers TV dalam program 15 Minutes With Marketeers yang juga bisa Anda akses di kanal Marketeers TV di YouTube.