Siapa Sih Zilingo?

marketeers article

Membesarkan startup di Asia Tenggara memang mudah, tapi membuatnya bertahan lama adalah tantangan terberat. Namun, bagi pemain baru e-commerce yang fokus menjual produk fesyen dan gaya hidup Zilingo, mereka siap menerjang badai persaingan.

Orang berpikir, setelah Shopee di bawah payung SEA Group membenamkan investasinya di Indonesia sebesar Rp 100  miliar, geliat e-commerce tanah air sudah mulai mereda. Negeri ini ibarat sudah dikepung banyak pemain penjualan daring. Sebab, sampai saat ini, tak satu pun dari mereka yang berani mengatakan ‘telah mendulang untung’.

Namun, nyatanya Zilingo yang mengawali roda bisnisnya di Thailand pada tahun 2015 resmi masuk pasar tanah air. Saat itu, Ankiti Bose (CEO) dan Dhruv Kapoor (CTO) yang adalah mantan analis dari Sequoia India dan McKinsey, memiliki gagasan untuk membawa penjual tradisional ke ranah online. Inspirasinya datang ketika mereka berkunjung ke Bangkok dan mengagumi beragam barang mode yang dijual di pasar jalanan.

“Saat bepergian melintasi Thailand, Indonesia, dan Filipina, saya melihat pasar rakyat di seluruh wilayah ini yang menjual semua jenis pakaian secara offline, dari t-shirt hingga gaun maxi, dari pakaian formal hingga sepatu kulit,” kata Bose.

“Itu membuat saya berpikir mengapa pedagang-pedagang ini tidak bisa berjualan online. Di situlah, ide Zilingo tercetus,” tambahnya.

Saat ini, perusahaan telah bertransformasi menjadi platform yang melayani para pedagang, pengecer dan pemilik merek untuk menjual beragam produk fesyen di platformnya dengan skema B2C (business to consumer).

Apa diferensiasi Zilingo dengan rival lainnya? Perusahaan ini dalam setiap kesempatan mengatakan bahwa dengan teknologi Artificial Intelligence, pihaknya menggunakan algoritme sendiri untuk melacak dan memproyeksikan tren fesyen yang bergerak cepat dan selalu berubah. Hal ini memberikan insight kepada pengecer untuk menawarkan produk yang benar-benar selaras dengan permintaan pasar.

Selain analisis tren, platform ini juga menawarkan layanan konten dan fotografi, sourcing produk, serta layanan pengaturan finansial khususnya bagi pengecer atau merek-merek besar yang telah menjadi mitra khusus.

Dari suntikan dana Series B sebesar US$ 18 juta yang diperolehnya pada September tahun lalu, Zilingo memanfaatkannya tidak hanya untuk meningkatkan awareness merek. Melainkan, perusahaan ini juga mengembangkan platform lain dengan model B2B (business to business).

Perusahaan ini sedang mengumpulkan para pabrikan fesyen baik skala kecil, sedang, maupun besar untuk menjadi mitra mereka di dalam platform bernama Zilingo Asia Mall (ZAM).

Idenya, sebagian besar merek fesyen global mengambil sumber pakaian dari para supplier di Asia. Berbagai merek fesyen asal Amerika dan Eropa biasa membeli pakaian jadi dalam jumlah besar sekitar lebih dari satu juta piece dengan harga US$ 1,5 per potong.

Nah, dari sana, Zilingo memanfaatkan jaringan rantai pasoknya yang mereka bangun dari bisnis konsumennya di Asia untuk dihubungkan dengan para pebisnis fesyen di Amerika dan Eropa itu.

Zilingo di Indoneisa

Debut Zilingo di Indonesia dimulai pada April 2018, meksipun perusahaan bernama PT Ziliun Indonesia ini sudah berkantor di ibukota sejak setahun lalu. Sampai saat ini, perusahaan telah memperkerjakan 60 karyawan internal dan masih mencari pegawai-pegawai baru.

Bisa dibilang, Zilingo masih memiliki  uang dari putaran Seri B yang memberikannya sekarung modal untuk berinvestasi. Selain sedang mendorong ekspansi internasionalnya, perusahaan juga berencana menambah lebih banyak layanan teknologi ke dalam ekosistem e-commerce sembari memperluas situs Zilingo.com ke pasar Asia Tenggara.

Di pasar ini, Filipina masih yang teratas dari sisi jumlah pengguna. Akan tetapi, perusahaan mulai mengalihkan perhatian ke Indonesia di mana baru-baru ini Zilingo menandatangani kerja sama dengan aktris Pevita Pearce. Debut kampanye iklan TV pertama mereka pun dirilis dengan slogan yang cukup nyeleneh: #SiapaSihLo.

Tidak seperti kebanyakan pemain e-commerce yang muncul dengan segambreng promosi dan bagi-bagi kupon potongan harga, Zilingo seakan “mengesampingkan” cara lawas tersebut. Mereka justru mencoba menawarkan pendekatan lain dengan menciptakan kampanye se-gaul mungkin dalam upaya mendongkrak akuisisi pelanggan baru.

“#SiapaSihLo merupakan sebuah jargon yang memiliki pesan bahwa anak muda harus menunjukkan karakter dan jati diri mereka. Fesyen menjadi cara mereka untuk menunjukkan identitasnya,” jelas Raisa Aurellia, Event Manager Zilingo Indonesia kepada Marketeers.

Iklan sepanjang satu menit ini pertama kali mengudara di kanal YouTube pada Maret 2018 dan telah disaksikan oleh 520.000 orang. Iklan itu juga diputar di televisi, radio, dan tagarnya menghiasi beberapa papan reklame ibu kota.

Menyambut festive Season dan Ramadan, Zilingo juga membuat aktivasi offline dengan membuat pop up store di dua lokasi, yaitu di Plaza Festival Kuningan dan Sarinah Jakarta.

Aktivasi ini bertujuan meningkatkan awareness merek ke target audiens yang disasar, yaitu kawula muda. Tak tanggung-tanggung, Zilingo menggandeng seratus Key Opinion Leaders (KOL) untuk menggaungkan event tersebut.

“Ini menjadi momen Ramadan pertama kami. Dan ini saatnya kami tampil menyampaikan pesan ke target audiens bahwa #SiapaSihLo memiliki makna yang humanis, yaitu menjadi insan yang real,” kata Raisa.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related