Siapkah Indonesia Hadapi Globalisasi?

marketeers article
Masyarakat Indonesia sejak lama sudah hidup bersama dengan budaya asing. Apalagi saat ini ditambah dengan globalisasi yang tengah terjadi. Masyarakat Indonesia dapat menyikapi globalisasi dan perubahan teknologi dengan baik. Meski, konsekuensinya, hal tersebut berdampak secara signifikan terhadap tradisi dan nilai-nilai leluhur. Riset yang dilakukan oleh Young & Rubicam (Y&R) menyatakan, masyarakat Indonesia siap menghadapi globalisasi, namun tetap mempertahankan tradisi dan nilai leluhur.
 
Perusahaan periklanan tersebut merilis hasil studi yang melibatkan lebih dari 32.000 orang di 10 negara Asia, seperti Indonesia, India, Thailand, Vietnam, Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Korea. Survei yang berjudul Generation Asia tersebut dilakukan pada akhir tahun 2014.
 
Riset ini dilakukan untuk mengetahui nilai, sikap, dan tingkah laku responden dari 17 kategori yang terdiri dari perilaku kehidupan sehari-hari, asmara, uang, media, hiburan, pendidikan, transportasi, travel, orang tua, fesyen, kesehatan, olahraga, barang mewah, dan teknologi. Penelitian ini ditujukan kepada responden yang berumur 36-60 tahun (The Power Segment). Riset ini merupakan pengembangan penelitian studi Generation Asia yang dilakukan Y&R pada tahun 2012 yang menarget responden yang berumur 18-35 tahun (The Potential Segment).
 
Kedua penelitian ini akhirnya memberikan wawasan yang menarik dan sebuah sudut pandang berbeda dari berbagi pasar dan generasi. Hasilnya, ada segmen budaya yang memberikan sebuah kemampuan bagi merek untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan konsumennya di Indonesia. Misalnya, respons masyarakat terhadap globalisasi di tengah nilai-nilai leluhur yang masih dipegang kuat. 
 
“Penelitian ini menjadi sebuah aset yang berharga untuk siapa pun yang ingin mengembangkan jaringannya di komunitas pasar Asia yang sangat dinamis, berbeda, dan kadang sulit untuk dimengerti,” ungkap Matthew Collier, Group CEO Y&R Indonesia pada para wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (29/01/2015).
  
Selain itu,  87% responden yang berumur 36-60 tahun dan 85% responden yang berumur 18-35 tahun merasa optimistis pada kehidupannya. Selain itu, mereka merasakan pentingnya melaukan hal-hal signifikan untuk lingkungannya. Hampir 75% dari responden yang berumur 36-60 tahun memiliki keinginan kuat untuk mengubah lingkungan sekitarnya agar dapat membuat kehidupan orang lain lebih baik. Sebanyak 90% dari responden yang berumur 18-35 tahun memiliki keinginan yang sama untuk membuat kehidupan serta lingkungan sekitarnya lebih baik.
 
Tradisi Leluhur VS Globalisasi
 
Masyarakat Indonesia memahami bahwa tradisi leluhur tidak bisa dijauhkan dari pengaruh budaya asing. Mereka menyadari hal ini bisa menjadi senjata yang penting untuk bertahan dengan menyadari adanya evolusi terhadap tradisi di kehidupan modern. Selain itu, 65% dari responden yang berumur 36-60 tahun dan 71% dari responden yang berumur 18-35 tahun menyadari teknologi dan globalisasi menghilangkan batas antarindividu. Kedua grup ini sepakat bahwa budaya asing selayaknya direspons secara baik agar bisa belajar banyak hal dari mereka.
 
Meski begitu, mereka mempunyai kekhawatiran terhadap kemungkinan hilangnya tradisi leluhur. Sebanyak 63% responden dari grup 36-60 tahun merasa hal ini tidaklah signifikan dibandingkan dengan 76% responden dari grup yang berumur 18-35 tahun. Temuan ini bisa dijadikan referensi bagi para merek untuk mendekati konsumen Indonesia. Khususnya, bagi para merek yang banyak menawarkan perubahan.

Related

award
SPSAwArDS