Dampak resesi yang terjadi pada tahun 2023 diprediksi menyeluruh di setiap sektor. Setiap perusahaan, tak terkecuali Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga wajib putar otak dalam menciptakan strategi baru.
Salah satu siasat yang digunakan dalam menghadapi resesi nanti adalah melalui kolaborasi. PT Jasa Marga, Sarinah, dan Petrokimia Gresik sepakat kolaborasi dari setiap sisi akan menciptakan situasi kondusif bagi usaha untuk bertahan di situasi resesi nanti.
“Tantangan di tahun 2023, aktivitas sudah mulai kembali normal. Kita memerlukan kolaborasi, khususnya di bumn sendiri, dengan pihak swasta murni. Kami akan terus melakukan pengembangan terkait infrastruktur di Indonesia. Tentunya, ini memerlukan kolaborasi dari sisi infrastruktur, dan dari sisi pendanaan,” kata Direktur Bisnis Jasa Marga, Reza Febriano dalam acara MarkPlus Conference di hari kedua, Kamis (8/12/2022).
BACA JUGA: Antisipasi Krisis pada 2023, BUMN Siap Jadi Off Taker Bahan Pangan
Jasa Marga menurut Reza saat ini sedang mengembangkan rest area. Dalam pengembangannya, Reza mengungkapkan perusahaan berencana berkolaborasi dengan Sarinah.
“Dan kita juga sedang mengembangkan rest area. Kita juga akan berkolaborasi dengan Sarinah, agar bagaimana kita bisa melakukan penataan ruang agar lebih menarik. Rest area tidak hanya sebagai tempat beristirahat, tapi bisa menjadi tempat untuk melakukan aktivitas lainnya. Kemudian juga dengan BUMN lainnya, kita bisa melakukan kolaborasi di mana pemanfaatan lahan bisa dikembangkan agar bisa mengembangkan kawasan atau sebuah daerah,” ujar Reza.
BACA JUGA: ADB Setujui Pinjaman BUMN US$ 500 Juta untuk Reformasi Bisnis
Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih juga meyakini kolaborasi dibutuhkan, terlebih untuk mengatasi jumlah petani yang kian hari makin menipis. Tren di kalangan muda-mudi yang menganggap pekerjaan di sektor informal kurang menarik, menjadi kendala tumbuhnya jumlah petani dalam negeri.
“Petani muda atau milenial itu hanya 4 juta orang, atau hanya 12% dari jumlah total petani di Indonesia. Kalau petani-petani yang sudah senior pensiun, siapa yang akan mengganti?” tutur Digna.
Editor: Ranto Rajagukguk