Bagi Anda pemilik sepeda motor Honda, mungkin sudah sering bersentuhan dengan Astra Motor. Berperan sebagai main dealer dari produk motor (roda dua) Astra Honda Motor (AHM), Astra Motor berperan penting dalam kesuksesan motor Honda menguasai pasar motor Tanah Air. Kehadiran diler mereka pun cukup massif. Hadir di 12 wilayah kerja AHM sebagai agen pemegang merek motor Honda, Astra Motor saat ini sudah memiliki sekitar 605 diler.
Keberadaan diler-diler ini berkontribusi terhadap pencapaian 77,5% market share Honda di Indonesia. Bahkan, di seluruh wilayah kerja mereka, kolaborasi yang solid antara Astra Motor, perusahaan pembiayaan, dan pihak terkait lainnya, mampu membawa Honda sebagai pemimpin pasar di 95% wilayah tersebut. Namun, ada tugas menantang di balik prestasi ini yang harus dipikul di pundak Sigit Prabowo Kumala, Chief Executive Astra Motor.
Di balik massifnya jaringan diler Honda, sosok Sigit Kumala layak diperhitungkan peranannya. Ia selalu optimistis dalam menggarap dan membaca peluang pasar. Prestasinya tak diragukan lagi.
“Tiga tahun terakhir pun pasar sepeda motor sedang lesu. Salah satu yang besar pengaruhnya terhadap kondisi penjualan sepeda motor di Indonesia adalah harga komoditas, khususnya untuk pasar di luar Jawa dan Bali yang berkontribusi sebesar 42%, yang masih berpangku pada usaha komoditas seperti karet, CPO atau batubara. Belum lagi, setiap wilayah ini punya karakter ekonomi yang berbeda,” ujar Sigit.
Di tengah harga komoditas yang sedang menguat, Sigit optimistis bisnis Astra Motor bisa tumbuh lebih tinggi 4% hingga akhir tahun 2017 dibanding tahun lalu. Dalam menjawab berbagai kondisi di pasar sepeda motor, Sigit dan tim mengarah pada inovasi digitalisasi. Tujuannya adalah untuk efisiensi pada proses bisnis sekaligus meningkatkan produktivitas mereka. Proses manual yang banyak menggunakan kertas sudah jauh ditinggalkan. Hal tersebut bisa Anda buktikan ketika melakukan servis perbaikan kendaraan Anda di diler Astra Motor.
Problem saat ini, menurut Sigit, adalah soal biaya tenaga kerja. Kalau diperhatikan, UMP jika ditarik secara CAGR, kenaikannya naik rata-rata sekitar 13% dalam lima tahun terakhir. “Kalau tidak kita sikapi dengan benar, bisnis bisa rugi. Untuk itu, kami melakukan penghematan, menjaga penambahan biaya tenaga kerja. Selain itu, dalam berbisnis, survei itu penting, menjemput konsumen itu penting bahkan hingga ke pelosok kampung. Semua strategi harus berangkat dari sudut pandang konsumen,” kata Sigit.
Begitu juga dalam memimpin. Sigit pribadi pun harus menyesuaikan dengan orang-orang yang ia pimpin. “Kepemimpinan saat ini dengan sepuluh tahun lalu berbeda. Dulu, saya menghadapi banyak Gen X, berbeda dengan sekarang. Saat ini, saya banyak memimpin Gen Y dan Gen Z. Saya pun harus tampil demokratis. Mereka ini semakin kritis, berorientasi pada hasil, dan ingin diberi kebebasan,” tutup pria yang sudah sangat lama bergelut di bisnis sepeda motor ini.