Perusahaan fintech PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) meresmikan kolaborasi dengan PT BPR Bank Jepara Artha (Perseroda) atau BPR BJA. Kerja sama keduanya diwujudkan dengan penyaluran permodalan bagi perempuan pengusaha mikro sebesar Rp 100 miliar.
Peresmiannya ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama, Kamis (01/04/2022) di Semarang. Kolaborasi Amartha dan BPR BJA hadir berkat kesamaan visi yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui akses permodalan bagi UKM.
Harapannya, perekonomian ini bangkit setelah mengalami penurunan akibat pandemi. Penyaluran pendanaan ini akan menargetkan perempuan pengusaha mikro, sesuai dengan fokus Amartha pada pemberdayaan perempuan.
Untuk konsentrasi wilayah, kedua pihak akan menyasar Jawa Tengah mulai dari sektor perdagangan hingga industri rumah tangga dengan pola kredit channeling.
“Amartha gencar menjalin kolaborasi dengan sektor perbankan salah satunya Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini kami lakukan untuk dapat mengakselerasi penyaluran permodalan bagi jutaan perempuan di Indonesia,” tutur Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas.
Lebih lanjut Hadi menuturkan bahwa kolaborasi dengan BPR BJA ini menjadi kerja sama pertama dengan BPR di Jawa Tengah. Dan, harapannya sinergi ini mampu menjadi penggerak bagi institusi lain untuk ikut memberikan akses permodalan, khususnya melalui Amartha.
Kolaborasi Amartha bersama BPR BJA bukan tanpa alasan. Perusahaan tersebut saat ini melayani lebih dari 50.000 nasabah di Kabupaten Jepara. Sepanjang tahun 2021, mereka telah menyalurkan kredit lebih dari Rp 369 miliar dan turut berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kolaborasi bersama Amartha ini menjadi langkah inisiatif yang diambil BPR BJA. Sinergi yang terjalin dianggap menjadi strategi tepat untuk memperluas jangkauan mereka ke masyarakat tanpa harus mengembangkan teknologi sendiri. Selain itu, perusahaan juga memiliki peluang untuk terus mendukung perkembangan UKM Jawa Tengah dan ke depnnya pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, BPR BJA juga melihat potensi pengembangan UKM di Jawa Tengah. Namun, UKM membutuhkan bantuan berupa akses permodalan dan pendampingan usaha agar mampu mengembangkan skala usahanya.
Sistem pola kredit channeling yang diterapkan Amartha dan BPR BJA ini berfungsi sebagai inkubator bagi UKM untuk bisa memperbesar skala usaha. Nantinya, UKM binaan Amartha yang menerima permodalan dari hasil kerja sama ini, berkesempatan untuk memperoleh pinjaman lebih besar lagi melalui BPR BJA sehingga berpeluang untuk lebih berkembang.
“Jumlah pinjaman produktif yang bisa diberikan Amartha umumnya berkisar di angka Rp 5-15 juta per UKM. Ini bergantung pada hasil credit scoring dan historikal pinjaman mitra. Jika usahanya semakin sukses dan butuh sokongan modal lebih besar, BPR BJA akan mengambil peran untuk kapabilitas lebih tinggi dalam meminjamkan modal usaha kepada nasabah,” imbuh Hadi.