Singapura akan menguji coba layanan bus otonom secara publik pada minggu terakhir bulan Agustus. Masyarakat tidak lagi memerlukan tiket atau kartu uang elektronik untuk membayar layanan bus. Layaknya fasilitas kendaraan daring lainnya, pemesanan bus ini juga dilakukan secara daring menggunakan aplikasi.
Singapura dinilai sebagai negara dengan keamanan standar untuk menguji coba layanan kendaraan otonom. Hal ini didorong dengan kultur masyarakat yang teratur dan negara yang mengimplementasikan teknologi secara efektif. Ambisi Singapura terhadap kendaraan otonom juga cukup tinggi. Dalam rangka mewujudkan hal ini, Singapura membuka kesempatan besar bagi perusahaan asing untuk menginvestasikan modalnya pada kendaraan otonom di Singapura.
Percobaan publik pertama akan dilakukan menggunakan empat mini bus otonom. Bus ini akan melewati rute sepanjang 5,7 km di kawasan Pulau Sentosa. Percobaan ini akan dilakukan dari 26 Agustus hingga 15 November 2019.
“Penumpang bisa memesan bus melalui aplikasi dan bus akan menjemput di titik penjemputan yang sesuai tempat pemberhentian bus. Mereka yang tidak memiliki ponsel atau aplikasi bisa memesan bus melalui kiosk yang ada di sekitaran rute,” ujar Vincent Chong President and CEO of ST Engineering pada Selasa (20/08/2019) dikutip dari Agence Frence-Presse.
Dalam percobaan ini, bus akan melayani tujuan yang telah ditentukan, uaitu klub golf, pantai, dan tempat bersejarah di Singapura. Bus akan beroperasi secara gratis pada hari kerja untuk empat jam per hari. Dalam bus percobaan, terdapat satu orang pengemudi yang akan mengambil alih kontrol jika diperlukan.
“Pada demonstrasi awal, bus telah mengalami beberapa percobaan dan memiliki masalah yang minim. Bus terbukti berhenti pada persimpangan jalan atau jalan utama untuk mengizinkan mobil lainnya berjalan,” kata Vincent.
Vincent melanjutkan bus ini dilengkapi dengan teknologi multi-sensor yang sengaja dibuat untuk beroperasi di kawasan urban. Bus tanpa pengemudi ini juga terbukti bisa beroperasi di tengah hujan ringan sampai sedang. Namun, ketika terjadi hujan deras, bus harus berhenti beroperasi.
“Ke depannya, kami akan hadir di beberapa titik di Singapura, termasuk di kawasan tengah Kota Singapura. Ditargetkan, kami bisa menjadi solusi transportasi masyarakat Singapura dari stasiun subway ke rumah dan sebaliknya. Adanya program ini juga diharapkan bisa mengurangi menggunaan kendaan pribadi di Singapura,” tutup Vincent.