Yayasan Internet Indonesia menggandeng PT Fintek Andalan Solusi Teknologi (Fulusme) dan PT Media Lintas Data (MLD) dan berkolaborasi menghadirkan pilot project untuk program Fiberisasi 1.000 Desa dengan skema securities crowdfunding. Program ini bertujuan untuk mendorong pemerataan akses internet di desa-desa.
Proyek ini dinilai penting lantaran penetrasi fixed broadband di Indonesia yang masih sangat rendah. Merujuk data World Bank 2021, sebagian besar masyarakat negeri ini mengakses internet menggunakan perangkat seluler. Sementara hanya 4% dari total populasi atau 16% rumah tangga yang berlangganan fixed broadband. Bahkan berdasarkan data pemerintah, dari 83.218 desa dan kelurahan, masih ada 12.548 desa dan kelurahan yang belum memiliki akses internet cepat.
“Karena itu, Yayasan Internet Indonesia berinisiatif melakukan terobosan guna membantu desa-desa yang belum terkoneksi internet melalui pilot project program Fiberisasi 1.000 Desa dengan skema securities crowdfunding. Kami juga terbuka untuk dapat membantu perusahaan internet service provider (ISP) lain untuk bekerja sama dengan yayasan demi konektivitas di desa-desa,” ujar Jamalul Izza, Chairman Yayasan Internet Indonesia dalam laporannya.
Posisi Yayasan Internet Indonesia di program ini sebagai pihak inisiator dan akselerator program bagi perusahaan-perusahaan ISP yang membutuhkan dana dari investor untuk mengerjakan pekerjaan fiberisasi di desa-desa. Dana investor itu berasal dari hasil patungan yang dikumpulkan melalui platform Fulusme.
Fulusme merupakan platform urun dana yang sudah terdaftar dan mengantongi izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Penyelenggara Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi sejak 4 Juli 2022.
“Kami merasa senang dan bangga dapat ikut berkolaborasi dalam program Fiberisasi 1.000 Desa yang diinisiasi oleh Yayasan Internet Indonesia. Terlebih masih banyak desa-desa di Indonesia yang belum bisa mengakses internet. Kami sebagai perusahaan crowdfunding merasa yakin untuk membuka program pendanaan bagi perusahaan ISP yang membutuhkan modal guna meningkatkan penetrasi internet di desa-desa,” kata CEO Fulusme Chris Agustono.
Sementara itu, Direktur MLD Koko Aquarista mengatakan sebagai perusahaan ISP berskala UKM, pihaknya merasa terbantu adanya terobosan skema pendanaan crowdfunding yang diinisiasi Yayasan Internet Indonesia dengan menggandeng Fulusme. Menurutnya, permasalahan perusahaan ISP berskala UKM kerap terbentur persoalan pembiayaan.
Dibutuhkan biaya yang tak sedikit untuk menggelar infrastruktur Fiber to The Home (FTTH). Melalui kolaborasi ini, MLD berencana akan menggelar fiberisasi di beberapa puluh desa secara bertahap baik di Pulau Jawa maupun Sumatra.
“Kami juga mengajak perusahaan ISP lain untuk bersama-sama mengambil peluang yang besar ini dengan menggarap desa-desa yang belum terkoneksi internet,” tutup Koko.