Ide pemindahan ibu kota Indonesia telah berlangsung lama. Jakarta dengan beragam problematika yang ada mendorong munculnya ide untuk memindahkan ibu kota Jakarta ke Yogyakarta atau Palangkaraya. Menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, Bappenas telah merangkum beberapa opsi perpindahan terkait hal ini.
“ Ide pemindahan ibu kota ini memang sudah berlangsung lama. Kondisi ibu kota saat ini tidak memungkinkan untuk kedepannya,” jelas Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Taufik Hanafi.
Skenario pemindahan ibu kota oleh Bapennas bercermin dari beberapa negara yang telah melakukan hal ini lebih dulu, seperti Malaysia dan Australia. Bapennas memberikan empat pilihan skenario pemindahan meliputi pemindahan pusat pemerintahan, pemindahan pusat jasa, pemindahan pusat perdagangan, dan pemindahan pusat industri.
“Masing-masing opsi yang dipilih memiliki implikasi tersendiri. Kita harus mempertimbangkan pilihan yang terbaik diantara ke empat pilihan yang ada,” kata Taufik.
Memindahkan ibu kota dari DKI Jakarta ke Yogyakarta atau Palangkaraya bukan berarti memindahkan keseluruhan lini konsentrasi yang ada. Perpindahan ini menurut Bapennas dapat dilakukan hanya dalam beberapa lini tertentu saja, misalnya perpindahan pusat pemerintahan saja sementara pusat industri tetap di DKI Jakarta.
Prediksi Kondisi Ibu Kota Jakarta Mendatang
Berdasarkan data Bapennas, prediksi kondisi jumlah penduduk JABODETABEK tanpa penanganan strategis pada tahun 2030 berjumlah 42,5 juta jiwa dengan prediksi sungai wilayah barat DKI berhenti mengalir. Prediksi pada tahun 2045, jumlah penduduk JABODETABEK berjumlah 54 juta jiwa dan lebih dari 10% daratan berada di bawah laut.
Problematika geografis dan demografis Jakarta kian beragam. Data Bapennas menunjukkan, permukaan tanah di utara Jakarta turun 7,5 cm pertahun. Kondisi 82% sungai di Jakarta sudah tercemar. Tidak hanya itu, polusi udara, kepadatan penduduk, dan kemacetan pun memperburuk kondisi ibu kota Jakarta. Hal ini diyakini Bapennas akan semakin memburuk jika dibiarkan berlanjut.
Bagaimana pendapat anda? Opsi pemindahan mana yang harus dipilih dan kota apa yang sebaiknya menggantikan Jakarta?
Editor: Eko Adiwaluyo