Industri teknologi ponsel pintar sudah semakin cepat perkembangannya. Arah persaingan pun diramaikan oleh para pemain ke ranah inovasi teknologi. Salah satu yang menjadi primadona adalah teknologi kamera. Kamera single, double, hingga dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI) meramaikan pasar ini. Di balik semua itu, ternyata ada sekelompok orang yang terancam pekerjaannya, yakni para pengusaha foto keliling.
Seperti yang terjadi di sekitar daerah wisata di Bandung. Jika Anda sedang berpelesir ke daerah Lembang, Bandung dan mampir ke daerah wisata Tangkuban Perahu, Anda akan bertemu beberapa pria paruh baya membawa kamera. Mereka adalah para fotografer keliling yang menawarkan jasa foto sekaligus cetak di ukuran 4R. Bukan anak muda, melainkan sekelompok orang tua yang menggeluti profesi ini.
Para anak muda di sana, sedikit yang memiliki minat untuk bekerja di sektor ini. Bahkan, anak-anak para sesepuh fotografer tersebut pun tidak. Mereka lebih memilih berdagang dan bekerja sebagai crew daerah wisata tersebut lantaran profesi fotografer semakin hari semakin sepi pelanggan.
“Dibandingkan dengan zaman dulu, sekarang wisatawan semakin sedikit yang mau difoto dan dicetak fotonya. Saat ini, permintaan banyak datangnya dari grup anak sekolah atau keluarga,” ujar Oman Kusmana, pria yang sudah menjaga momen-momen indah di Tangkuban Perahu selama 20 tahun lebih.
Menurut Oman dan rekan fotografer lainnya yang tergabung dalam komunitas Selphy (printer foto portable dari Canon), profesi mereka saat ini kalah dengan kehadiran kamera dari ponsel pintar. Apalagi, dengan adanya fitur panorama. Para wisatawan yang banyak diisi oleh anak muda, sedikit sekali yang ingin berfoto dan mengabadikan momen mereka dengan meminta jasa fotografer keliling.
“Dulu jika tahun 80an kami banyak memakai Fuji dan Polaroid, masih banyak yang meminta difotokan. Dulu bisa satu orang bisa minta foto 10 lembar sampai 40 lembar. Namun sekarang ketika ada HP, 1 lembar bahkan tidak ada yang mau foto,” imbuh Oman.
Editor: Eko Adiwaluyo