Soal Humane Entrepreneurship, Ini Kekuatan dan Kelemahan UMKM Indonesia
Salah satu cara terbaik untuk menekan ketimpangan pendapatan adalah dengan menjalankan bisnis tanpa mematikan bisnis yang lain. Immediate Past-President International Council for Small Business (ICSB) Kim Ki-Chan merumuskan setidaknya bisnis harus mengarah pada 10 poin Humane Entrepreneurship, tak terkecuali Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
VP Research ICSB Indonesia, Catharina Badra Nawangpalupi menjelaskan dari 10 poin Humane Entrepreneurship (Envisioning, Enthusiasm, Enlightment, Experimentation, Execution, Enablement, Empathy, Equity, Ethics, Empowerment), UMKM Indonesia memiliki sejumlah elemen yang sangat positif, dan beberapa yang masih menjadi pekerjaan rumah.
Ethics dan Experimentation
Persoalan ethics dan experimentation dikatakan Catherine masih menjadi momok yang perlu disadari oleh para pelaku UMKM. Pasalnya, data GEM per tahun 2015 menunjukkan hanya ada 2,2% wirausaha di Indonesia yang bersifat sosial.
“Ketika berbicara mengenai kewirausahaan, kita juga harus berbicara mengenai manusia karena social capital di Indonesia sangat besar. Ketika bicara mengenai modal saja, UMKM Indonesia nyatanya masih lebih memilih meminjam dari teman atau saudara dibandingkan Bank,” kataCatharina di Jakarta, Rabu (27/06/2018).
Terkait experimentation, ia mengatakan dari total 59,3 juta unit (99,9%) unit usaha UMKM di Indonesia per tahun 2014, nyatanya kemampuan dalam berinovasi masih begitu minim.
Masih bercermin dari data GEM, hanya 7,8% dari wirausaha pemula yang memiliki keinginan untuk memperoleh pasar internasional. Hal ini hanya meningkat sebesar 1% di tahun 2016.
“UMKM kita masih memiliki kemauan untuk mencari peluang. Namun, tidak mencari peluang secara ambisius. Kita terpaku pada pemikiran pasar Indonesia yang begitu besar dan masih bisa untuk digarap. Padahal, ada begitu banyak brand asing yang serius menggarap pasar kita. Jadi, kita pun harus melihat peluang untuk menggarap pasar mereka,” jelas Catharina.
Enthusiasm dan Empowerment
Terlepas dari kedua pekerjaan rumah UMKM Indonesia yang harus dibenahi, UMKM Indonesia sangat antusias dan tidak takut akan kegagalan bisnis sehingga kegagalan bisnis dianggap sebagai sebuah proses belajar.
“Wirausaha Indonesia memiliki antusiasme yang tinggi (entrepreheurship spirit). Data GEM 2017 menunjukkan spirit kewirausahaan Indonesia berada pada peringkat ke-3 dari 60 negara. Sementara, data G20 dari EY pada tahun 2013 menunjukkan 44% wirausaha melihat kegagalan bisnis sebagai kesempatan belajar (persentase tertinggi di antara negara G20),” paparCatharina.
Mengenai empowerment, Catharina melanjutkan, pelaku UMKM memiliki apresiasi yang tinggi kepada orang-orang yang telah berwirausaha sebelumnya.
Data GEM 2017 menunjukkan bahwa 75% wirausaha pemula memilih melakukan usaha karena melihat adanya peluang yang lebih baik (empowerment).
“UMKM Indonesia melihat kegagalan sebagai proses pembelajaran. Dan ini menjadi poin penting yang harus dipertahankan karena ini adalah awal dari kemauan mereka untuk belajar,” ujar Catharina.
Editor: Sigit Kurniawan