Tanpa disadari, masyarakat mungkin sudah sangat terbiasa menemukan social marketing dalam kehidupan sehari-hari. Jenis pemasaran ini umumnya dilakukan oleh policy maker atau pihak pemerintah dalam mengedukasi masyarakat untuk melakukan tindakan yang dianggap benar.
Social marketing umumnya dilakukan dalam jangka panjang hingga sekelompok audiens yang merupakan target sasaran memiliki kebiasaan hidup yang baik dan sesuai. Dengan begitu, ternyata strategi pemasaran tidak hanya bisa dilakukan oleh perusahaan atau sektor swasta saja, melainkan juga pihak pemerintah beserta institusi sejenisnya.
Untuk dapat memahami lebih baik terkait penerapan social marketing, simak penjelasannya pada artikel berikut ini:
Apa yang dimaksud dengan social marketing?
Merujuk pada Buku Manajemen Pemasaran karya Limakrisna dan Susilo (2012), social marketing disebut sebagai pemasaran yang menggunakan prinsip-prinsip dan teknik untuk memengaruhi audiens sasaran secara sukarela mau menerima, menolak, memodifikasi, atau mengabaikan perilaku tertentu demi kebermanfaatan pada individu, kelompok, dan masyarakat, secara keseluruhan.
Menurut The NSMC, social marketing adalah pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kegiatan tertentu yang ditujukan untuk mengubah atau mempertahankan perilaku orang untuk kepentingan individu dan masyarakat.
Sementara itu, menurut Wall Street Mojo, umumnya social marketing dilakukan untuk mempromosikan sebuah transformasi sosial yang positif dan berfokus pada mempengaruhi tindakan positif, bukan penjualan produk dalam aktivitas bisnis.
Dengan begitu, social marketing ini merupakan sebuah strategi pemasaran yang direncanakan secara matang dan bertujuan sebagai strategi jangka panjang. Konsep pemasaran ini umumnya diterapkan dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan aksi sosial.
BACA JUGA: Dibanding Digital, Offline Marketing Lebih Membangkitkan Indra Konsumen
Apa tujuan social marketing?
Istilah yang sering diberikan untuk pemasaran sosial adalah “marketing is good” karena konsep pemasaran ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan (Limakrisna dan Susilo, 2012). Pemasaran sosial berorientasi pada keterlibatan masyarakat agar dapat memodifikasi perilaku individu dan masyarakat demi menciptakan kebaikan yang jauh lebih besar.
Konsep pemasaran sosial ini banyak digunakan oleh organisasi nirlaba (NGO), instansi pemerintah, dan lembaga masyarakat, seperti tokoh agama, BPOM, BNN, KPK hingga DPR. Umumnya, pihak pembuat kebijakan akan menetapkan pesan-pesan kampanye yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Kemudian, pesan tersebut perlu disebarkan melalui berbagai saluran pemasaran yang ada, baik melalui TV, radio, media sosial, tokoh publik, dan word-of-mouth strategy. Pada akhirnya, pesan pemasaran sosial ini bisa sampai di telinga audiens.
Apa contoh dari konsep pemasaran sosial?
1. Kampanye kesehatan
Di bidang ini, social marketing digunakan untuk mengurangi konsumsi rokok, meningkatkan gaya hidup sehat, mencegah penyakit menular dan HIV/AIDS, menjauhi narkoba, menghindari penyakit diabetes, kanker, stroke dan penyakit jantung.
Pemasaran jenis ini biasa diterapkan oleh lembaga kesehatan, seperti Kementerian Kesehatan, Puskesmas, dan Posyandu.
2. Kampanye lingkungan
Untuk menjaga kelestarian lingkungan, pemasaran sosial bisa dilakukan dengan mengampanyekan gaya hidup berkelanjutan, mengurangi penggunaan plastik, penggunaan sumber daya terbarukan, menerapkan kebiasaan hemat energi, dan menjaga ekosistem lingkungan.
Kampanye ini banyak dilakukan oleh NGO cinta lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga masyarakat umum, seperti mahasiswa dan pelajar.
BACA JUGA: Green Marketing: Cintai Bumi dengan Strategi Pemasaran Berkelanjutan
3. Kampanye tertib aturan dan norma
Kampanye ini berkaitan dengan pelaksanaan tata tertib dan norma masyarakat, seperti menaati aturan mengemudi dan lalu lintas, kekerasan terhadap anak, pelarangan minuman keras dan narkoba, hingga pencegahan korupsi. Kampanye ini termasuk pemasaran yang selalu digalakkan dan tidak pernah berhenti hingga saat ini.
Biasanya dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia hingga Badan Narkotik Indonesia. Contoh-contoh itu merupakan pemasaran sosial dengan pendekatan edukasi masyarakat.
Dengan adanya kampanye ini, harapannya dapat mengubah perilaku masyarakat secara keseluruhan ke arah yang lebih baik.
Demikianlah penjelasan mengenai social marketing yang diterapkan dalam membangun kebiasaan dan perilaku baik dalam lingkup masyarakat. Dengan mengetahui strategi ini, seseorang dapat lebih memahami bagaimana penerapan strategi pemasaran di berbagai sektor, tidak hanya dalam aktivitas bisnis saja.
Social marketing yang baik dan berkelanjutan akan selalu didorong agar kehidupan masyarakat dapat menuju kepada kualitas hidup yang jauh lebih baik.
BACA JUGA: Personalized Marketing: Setiap Konsumen Ingin Kebutuhannya Dimengerti
Editor: Ranto Rajagukguk