Digitalisasi diklaim akan menumbangkan bisnis-bisnis yang dikelola secara tradisional, kecuali kalau bisnis itu mampu beradaptasi dengan cepat. Tak terkecuali bagi para penerbit media cetak, seperti majalah maupun surat kabar. Namun, bernarkah online bakal menggantikan seratus persen media cetak?
Jawabannya tidak. Paling tidak, ini yang diklaim oleh Adhitya Noviardi, Deputy Marketing Director Bisnis Indonesia Group dalam Program 15 Minutes With Marketeers besutan Marketeers TV.
Adhitya mengatakan, tekanan tren penurunan pangsa media cetak memang terasa, namun Bisnis Indonesia tidak boleh menyerah pada keadaan. Pada tahun 2017, sambung Adhitya, Bisnis Indonesia mulai menerapkan sistem omni channel, seperti membuat versi PDF, melengkapi dengan aplikasi, di samping edisi cetaknya.
“Rupert Murdoch pernah suatu ketika meramalkan pada sepuluh tahun ke depan, media cetak akan mati. Tapi, sepuluh tahun berlalu, media cetak tetap ada. Tapi, media yang tidak berbenah karena perubahanlah yang akhirnya menyerah. Sementara, yang berbenah justru terus tumbuh,” katanya.
Bisnis Indonesia berupaya mengubah persepsi bahwa online harus dipertentangkan dengan cetak. Padahal, menurut Adhitya, keduanya harus diintegrasikan. Keduanya merupakan platform yang berbeda, khususnya dalam penyajian konten. Di media online, informasi cepat terpenuhi. Tapi, media cetaknya menawarkan versi analisis dan kedalaman.
“Para pembaca kami, khususnya pebisnis, tidak sekadar membutuhkan informasi, tetapi juga kesimpulan dan analisis yang bisa mereka jadikan navigasi buat keputusan bisnisnya. Dan, ini diperoleh di cetak,” katanya.
Strategi konkret seperti apa yang dilakukan Bisnis Indonesia? Silakan simak video besutan Marketeers TV yang juga bisa Anda akses di kanal Marketeers TV di YouTube.