Sosok Faisal Basri di Mata Luhut: Ekonom Penuh Integritas

marketeers article
Menko Luhut melayat ke Rumah Duka Faisal Batubara pada Kamis (5/9). Sumber gambar: pers rilis.

Indonesia kehilangan salah satu akademisi terbaiknya, yaitu Faisal Basri, Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) sekaligus pendiri Institute for Development of Economics & Finance (Indef). Faisal meninggal pada Kamis (5/9/2024), pagi di Rumah Sakit (RS) Mayapada, Kuningan, Jakarta.

Duka mendalam dirasakan pula oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang merasa sangat kehilangan sosok Faisal. Di mata Luhut, Faisal yang juga merupakan keponakan dari mendiang Wakil Presiden Adam Malik dinilai sebagai sosok ekonom yang sangat berdedikasi dan penuh integritas.

BACA JUGA: Mengenal Mendiang Faisal Basri, Ekonom Kritis Perintis INDEF

Luhut menilai selama menjadi ekonom, Faisal selalu kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terkait dengan bidang ekonomi sejak era reformasi hingga sekarang. Bahkan, salah satu kritikan Faisal yang paling tajam adalah terkait dengan kebijakan hilirisasi nikel.

“Pak Faisal sering memberi banyak masukan soal ekonomi Indonesia, termasuk soal hilirisasi nikel. Meski kami terkadang berbeda pandangan, saya selalu menghargai setiap pemikiran dan argumen yang beliau sampaikan,” kata Luhut melalui keterangan resmi, Kamis (5/9/2024).

BACA JUGA: Faisal Basri: “Bola di Tangan Pemerintah”

Luhut mengungkapkan pertemuan terakhirnya dengan Faisal Basri terjadi pada tahun 2021, setelah Indonesia menghadapi gelombang pertama pandemi COVID-19. Pada saat itu, Faisal memberikan masukan yang sangat berharga dalam mendesain Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari sisi ekonomi.

“Masukannya membantu kita menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi negara,” ujarnya.

Meskipun dalam banyak kesempatan mereka berada di sisi yang berbeda dalam diskusi kebijakan, Faisal Basri tidak pernah menggunakan kritik sebagai alat untuk menjatuhkan, tetapi untuk membangun. Di mata Luhut, Faisal Basri adalah contoh intelektual yang tetap teguh dengan prinsipnya, walaupun sering kali berbeda pandangan dengan pemerintah.

“Beliau kritis, tetapi selalu dalam semangat memperbaiki. Itulah yang membuat saya sangat menghargai beliau. Kita butuh lebih banyak sosok seperti Pak Faisal di Indonesia. Indonesia kehilangan seorang pemikir besar. Semoga segala pengabdiannya bagi bangsa menjadi amal baik, dan beliau mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS