Ajang festival tahunan South by Southweat (SXSW) yang diselenggarakan di Austin, Texas, Amerika Serikat, selalu menjadi ajang yang dinantikan oleh para pelaku dalam industri kreatif, baik teknologi, sastra, film, dan musik. Tahun ini, Indonesia kembali membawa rombongan dalam ajang SXSW melalui Badan Ekonomi Kreatif. Salah satu startup yang ikut dalam rombongan tersebut adalah Squline.com.
Dalam pavilion Archipelageek, Squline.com memperkenalkan sekaligus mempromosikan Bahasa Indonesia pada acara SXSW 2018 ini. “Keikutsertaan Squline di SXSW Austin adalah untuk memperkenalkan Bahasa Indonesia kepada Dunia, sehingga para pelaku industri kreatif dan teknologi yang ingin melakukan ekspansi bisnis mereka ke Indonesia bisa menguasai bahasa Indonesia dan mengenal budaya Indonesia terlebih dahulu,” kata CEO Squline.com, Tomy Yunus.
Squline adalah startup yang bergerak di bidang edukasi, khususnya berfokus pada kursus bahasa asing secara online. Metode ini mulai digemari, pasalnya lebih mudah diakses oleh masyarakat. Tak hanya itu, metode ini dinilai lebih menguntungkan karena dapat menghemat waktu belajar, biaya, serta lebih efektif.
Sebuah laporan baru berjudul “Indonesia Digital Education and E-Learning Market Outlook to 2018 – Rising Trend of Blended to Drive the Future Growth’ mencatat bahwa total pengeluaran untuk pendidikan digital di Indonesia telah berkembang dalam lima tahun terakhir, dan ada peningkatan kolaborasi antara institusi pendidikan dan penyedia pendidikan digital untuk melengkapi kelas mereka dengan fasilitas pendidikan digital.
Tentunya, ini merupakan titik cerah bagi segmen e-learning di Indonesia. Indonesia juga diproyeksikan menjadi Top 5 Buyers of mobile learning products and services di seluruh dunia bersama China, Amerika Serikat, India, dan Brazil. Hal ini mendasari Squline untuk mengembangkan bisnis dan menjawab potensi yang digadang-gadang selama ini.
“Squline hadir untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan keterampilan bahasa asing di tanah air. Squline.com adalah platform pembelajaran online yang dibuat untuk menghubungkan siswa dengan guru bahasa asing profesional seperti Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Jepang,” ujar Tomy.
Fleksibilitas waktu merupakan salah satu nilai plus di era globalisasi ini. Dan hal ini pun akhirnya dapat dirasakan oleh warga asing yang ingin belajar bahasa Indonesia namun memiliki jadwal yang padat.
Tomy menegaskan bahwa semua sesi belajar di Squline menggunakan teknologi One on One Live Video. Dengan sistem ini siswa tidak hanya melihat dan mendengar guru melalui video tetapi diberikan panduan pelajaran dan materi pembelajaran berdasarkan tingkat keahlian siswa.
“Ketika siswa hanya disuguhi materi dan mempelajarinya sendiri, tentu ini tidak akan efektif. Jadi, value kami adalah two way interactions antara guru dan murid sehingga dalam proses pembelajaran, guru bisa memberikan koreksi atau feedback bagi siswa,” jelas Tomy.
Menyasar kalangan mahasiswa, karyawan, dan professional usia 22-28 tahun, Squline kini memiliki sekitar 2.500 siswa dengan persentase 93% Indonesia dan 7% lain asing.
Editor: Eko Adiwaluyo