Di era digital, toko kelontong menghadapi berbagai tantangan, seperti teknologi, persaingan, dan perubahan perilaku konsumen. Salah satu cara untuk dapat menghadapi tantangan tersebut adalah dengan strategi omnichannel marketing dalam ekosistem toko kelontong tersebut.
Direktur PT SRC Indonesia Sembilan Rima Tanago dalam event Marketeers Tech for Business 2023 di CGV Grand Indonesia, Jakarta pada Selasa (27/06/2023) mengungkapkan bagaimana strategi toko kelontong untuk dapat bertahan, bersaing, dan bertumbuh di tengah tantangan tersebut.
Dari sini, PT SRC menggunakan pendekatan perubahan mindset dari para pelaku toko kelontong tersebut. Tahun 2008, PT SRC menginisiasi toko agar menjadi lebih rapi, bersih, terang, sehingga konsumen berbelanja dengan nyaman.
Untuk meningkatkan kinerja toko kelontong dalam menjangkau harga produk yang lebih murah, PT SRC tidak hanya membina toko tersebut saja, tetapi juga para grosir agar dapat memberikan harga produk yang bersaing.
“Kami tidak hanya membina toko-toko kelontong, tetapi juga membina grosir-grosirnya supaya juga bisa memberikan akses terhadap produk dengan harga yang bersaing,” ucap Rima.
Setelah masalah visual toko dan akses produk selesai, PT SRC mulai berfokus pada digitalisasi toko kelontong. Sebagai contoh, saat ini toko kelontong bisa membeli produk ke grosir hanya menggunakan aplikasi saja, bisa diantar, dan tidak lagi perlu menutup toko, sehingga tidak kehilangan potensi omset.
BACA JUGA: Seasonal Marketing: Memaksimalkan Penjualan pada Musim Tertentu
Selain itu, PT SRC juga membantu meningkatkan literasi keuangan dengan meluncurkan layanan paylater bagi pemilik toko ketika terhambat akses modal untuk melakukan stok produk.
Setelah toko kelontong dapat berbenah, mulailah PT SRC membawa program untuk memberdayakan toko kelontong agar dapat menarik banyak pembeli, melalui consumer activation, seperti layanan pesan antar dan pasang wifi.
Toko-toko ini dikumpulkan dalam paguyuban toko kelontong yang terdiri dari 20-30 toko yang bertujuan agar dapat saling belajar satu sama lain.
Dari berbagai inisiatif SRC ini, muncullah berbagai peluang baru yang bisa dioptimalkan. “Dengan program SRC ini, kami punya touchpoint dan channel baru, yaitu grosirnya, mitranya, ditambah lagi paguyuban as a community menjadi channel baru untuk kita mengkomunikasikan, baik program, maupun product,” ujar Rima.
Dengan digitalisasi, channel ini bisa saling berhubungan satu sama lain secara cepat, real time, dan tanggap tanpa perlu lagi menunggu salesman datang ke toko. grosir, toko kelontong, dan paguyuban dapat saling memberikan informasi secara digital.
Selain munculnya touchpoint baru, digitalisasi memberikan manfaat lain, yaitu terkait dengan big data.
“Dengan serba digitalisasi, salah satu kekuatan adalah kami punya yang namanya big data. Jadi kami tahu, di area-area tertentu, produk-produk apa yang laku dan price yang mana. Dengan itu, kami juga bisa melakukan personalization,” jelas Rima.
Dampak yang didapatkan dari digitalisasi ini tidak hanya pada sisi toko kelontong dan mitra saja, tetapi juga konsumen. Sebagai contoh, produk baru dan promosi produk akan langsung dipajang di toko, sehingga konsumen dimudahkan dan tertarik untuk membeli.
BACA JUGA: Community Marketing: Ruang Hangat yang Buat Pelanggan Setia
Selain itu, PT SRC juga memiliki aplikasi untuk pelanggan, sehingga pelanggan mendapatkan informasi yang lengkap terkait produk yang ada di toko secara konsisten antara di aplikasi dan toko sebenarnya.
“Dengan kekuatan data yang kami punya, kami akan collect data pembelian konsumen untuk personalisasi penawaran produk yang relevan kepada konsumen. Jadi, experience yang didapatkan oleh konsumen itu juga konsisten, apa yang dilihat di toko, apa yang dilihat di handphone-nya, sampai juga apa yang disarankan oleh pemilik tokonya itu juga pesannya konsisten across the channel,” jelas Rima.
Dengan ekosistem ini, PT SRC menggabungkan seluruh pihak, mulai dari wholesaler atau grosir sebagai mitra, peritel yang merupakan toko kelontong, hingga ke konsumen. Rima pun membagikan tips bagi bisnis untuk memperkuat omnichannel marketing yang dibangunnya.
“Pertama, jangan takut untuk melihat channel-channel lain di luar yang kita tahu. Kedua, kita memang harus hidup dengan offline maupun online, penting untuk mengintegrasikan both offline dan juga online,” tutup Rima.
Ketiga, penting untuk menyampaikan message yang relevan untuk target audiens kita dan konsisten across the channel. Terakhir, jangan melupakan kekuatan dari data karena dengan adanya big data itu meng-enable kita untuk melakukan personalization, sehingga message-message kita juga lebih targeted dan lebih relevan terhadap target audiens.
Dari omnichannel marketing yang dilakukan oleh PT SRC ini, perusahaan telah mendapatkan dampak besar, berupa PT SRC mampu meningkatkan 58% transaksi di toko kelontong SRC, 54% tren kenaikan omzet. Hingga saat ini pun, PT SRC telah memiliki 225.000 toko SRC yang berhasil dibantu dan mampu mengalami peningkatan bisnis.
Rima menyebut bahwa apa yang dilakukan PT SRC ini semua adalah kontribusi perusahaan demi UKM di Indonesia.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
BACA JUGA: USS Networks: Bangun Loyalitas Gen Z dengan Community Marketing