PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah karena tak mampu membayar utang secara tepat waktu. Kondisi ini pun membuka spekulasi soal beragam opsi yang bisa dilakukan untuk memulihkan kondisi perusahaan.
Pemulihan ini menjadi hal yang krusial karena akan berdampak kepada ribuan tenaga kerja dan rantai pasok industri terutama industri tekstil. Dikutip dari CNBC Indonesia pada Senin (28/10/2024), Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi mengatakan, pemulihan ini memerlukan peran pemerintah lewat dua opsi aksi pemulihan.
“Pertama, pemerintah bisa mengambil alih perusahaan itu kemudian menyelesaikan seluruh utang-utang yang ada. Lewat pengambilalihan ini, maka Sritex bisa menjadi BUMN di bidang industri tekstil,” kata Ristadi.
BACA JUGA: Pailit adalah Fase yang Berbeda dengan Bangkrut, Ini Penjelasannya
Ia menilai, langkah ini bisa menjadi opsi yang pas mengingat sebelumnya pemerintah telah membubarkan BUMN di bidang tekstil yakni PT Industri Sandang Nusantara. Karenanya, langkah ini bisa menjadi langkah untuk menyelamatkan Sritex sekaligus untuk menambah portofolio BUMN di bidang garmen lewat perusahaan yang memiliki fasilitas produksi di Solo, Jawa Tengah tersebut.
“Sritex ini perusahaan tekstil besar dan terintegrasi dengan mesin modern dan memiliki potensi yang sangat besar dengan kemampuan untuk menampung 50 ribu tenaga kerja. Karenanya, pemerintah bisa mengambil alih kemudian dikelola dengan lebih andal,” kata dia.
Opsi kedua, pemerintah bisa memberi bantuan berupa pinjaman kepada Sritex sehingga perusahaan yang berdiri pada tahun 1966 itu bisa melakukan pembayaran utang dan tetap bisa melanjutkan kegiatan operasional.
BACA JUGA: Indo Intertex 2024: Kekuatan Bisnis dalam Industri Tekstil dan Garmen
Melihat kondisi yang sangat menantang, Komisaris Utama Sritex Iwan S Lukminto pun menemui Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Senin ini.
Dikutip dari Antara, pertemuan itu dilakukan untuk membahas strategi yang bisa dilakukan untuk menyelematkan perusahaan.
“Kami bersinergi untuk membuat strategi besar agar semuanya bisa lebih sustain. Strateigi itu nantinya akan ditentukan oleh Pak Menteri karena kami bernaung di Kementerian Perindustrian,” ujar Iwan.