Stanley Black & Decker Dukung Komunitas Do it Yourself

marketeers article

Tren “Do it Yourself” yang biasa disingkat DIY kini makin mewabah. Awalnya, memang dari hobi, apakah itu kerajinan tangan atau pertukangan membuat furnitur sederhana, semuanya dikerjakan sendiri tanpa mengikutsertakan pekerja profesional.

Dengan peralatan seperti alat bor, gerinda, gergaji, palu, dan obeng makin banyak orang membangun, mereparasi atau memproduksi sesuatu secara mandiri, baik sendiri maupun berkelompok di komunitas.

Di beberapa kota besar komunitas-komunitas DIY ini telah berubah menjadi zona kreatif yang menyebarkan keahlian mereka melalui kelas workshop. Tak pelak, seringkali para inovator muncul dari kegiatan ini.

Produsen peralatan dari Amerika Serikat Stanley Black & Decker (SBD) menangkap peluang itu dengan menggandeng beberapa komunitas DIY. Tujuannya adalah mendorong tumbuhnya industri kreatif dari komunitas-komunitas tersebut.

“Sebagai produsen peralatan kami sangat mendukung industri kreatif, di mana salah satu jalannya bekerja sama dengan komunitas DIY dalam bentuk dukungan edukasi penggunaan tools dengan aman,” ujar Country Director Stanley Black & Decker Indonesia King Hartono Hamidjaja kepada wartawan, Rabu (2/5/2018).

Lebih jauh, langkah nyata SBD mendorong industri kreatif adalah dengan mendirikan makerspace atau ruang karya bagi para pegiat komunitas DIY dengan menggandeng Code Margonda dan lem Crona, di Mall Detos, Depok. “Nantinya ruang karya ini dapat digunakan oleh khalayak umum secara gratis tanpa pungutan biaya,” ujar King.

Pembukaan ruang karya tersebut adalah pembuka rangkaian peringatan HUT Stanley Black & Decker ke-175. Pada event tersebut SBD Indonesia akan menggelar berbagai acara salah satunya pameran perkakas teknologi terbaru yang bertajuk “Untuk Kalian yang Membangun Indonesia”.

Salah satu bentuk kepedulian SBD dalam membangun Indonesia adalah dengan memberikan bimbingan dari mentor yang ahli mengenai cara membuat furnitur dari kayu dengan menggunakan peralatan Stanley Black & Decker terhadap anak-anak putus sekolah.

Workshop untuk anak putus sekolah ini kami harapkan bisa menjadi alternatif keahlian bagi mereka yang bisa ditekuni hingga bisa menjadi penghasilan,” ujar King.

Editor: Sigit Kurniawan

Related