Sudah lazim rasanya jika kita pergi ke coffee shop, selain disuguhi dengan aneka kopi yang nikmat, juga didendangkan lagu-lagu yang membuat kita betah berlama-lama. Konsep tersebut yang hendak dikuatkan kembali oleh Starbucks, raksasa kedai kopi asal Seattle, Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Starbucks menjalin kemitraan dengan grup band jazz Maliq and D'essentials menggelar sebuah coaching clinic mengenai persiapan menjadi musisi. Adapun yang menjadi target audiens dari acara tersebut para musisi muda, baik yang sudah mengeluarkan album, maupun yang masih pemula.
“Dalam acara tersebut, kami sharing mengenai bagaimana Maliq & D'essentials sebagai band dan juga brand menapaki industri Tanah Air. Sebab, banyak musisi yang ingin sukses dengan instan. Tapi, suskes itu perlu waktu. Ini yang tidak disadari oleh banyak musisi baru,” ujar Widi Puradiredja, drummer sekaligus music director dari Maliq & D'essentials di Starbuck Reserve Jakarta, Rabu, (23/3/2016).
Acara coaching tersebut merupakan salah satu agenda dari Help!, sebuah acara pelatihan bagi mereka yang ingin berkarier di bidang musik. Help! sendiri adalah program yang dikembangkan oleh emNTWRK, perusahaan edukasi bahasa Inggris.
Roger van Tongeren, Vice President Marketing Operations Starbucks Indonesia mengatakan, kerja sama ini membuktikan bahwa Starbucks ingin lebih dekat dengan konsumennya, salah satunya lewat melakukan aktivasi bersama para komunitas. Musik pun diilih karena topik ini yang paling banyak dinikmati oleh konsumen Starbucks.
“Kami memiliki tempat yang bisa digunakan oleh komunitas untuk melakukan aktivitasnya di Starbucks,” ungkapnya.
Perkuat Media Sosial
Roger juga mengatakan, Starbucks mulai masif bergerak di media sosial, sebagai tempat keempat konsumennya untuk berinteraksi, setelah rumah, kantor, dan juga gerai Starbucks itu sendiri. Untuk mendorong hal itu, Starbucks membangun hubungan dengan pelangganya melalui Facebook, Twitter, Instagram, LINE, dan terakhir Google+.
“Nah, ke depannya, kami akan mengembangkan kanal YouTube kami yang berisi aktivitas para komunitas di Starbucks, termasuk acara live streaming bersama Maliq yang bisa disaksikan di Google+ kami,” ungkapnya.
Digital Marketing Manager Starbucks Indonesia Rheysa Agustine mengatakan, selain musik, ada beberapa topik lain yang paling banyak dibicarakan oleh konsumen Starbucks, yaitu news, standup comedy, dan juga kopi. “Tidak menutup kemungkinan, kami akan menjalin kerja sama serupa dengan komunitas-komunitasyang berkaitan dengan topik tersebut,” tuturnya.
Rheysa menambahkan, setiap kanal media sosial Starbucks memiliki fungsi yang berbeda. Untuk akun resmi Google+ yang baru diluncurkan Maret ini, Starbucks menggunakannya untuk media sosialisasi mengenai dunia kopi. “Sedangkan untuk musik, kami akan masuk lewat YouTube. Untuk promosi, lewat Facebook, Twitter, dan LINE,” ujarnya.
Saat ini, akun twitter @sbuxindonesia memiliki 1,5 juta pengikut, Facebook 1 juta likes, dan LINE 3,8 juta subscribers.
Editor: Sigit Kurniawan