Starbucks Makin Kalah Saing, Penjualan Secara Global Turun 7%

marketeers article
NEW YORK, USA AUGUST 22, 2017: Detail of the Stabucks coffee in New York, USA. It is an American global coffee company and coffeehouse chain founded at 1971

Starbucks, jaringan kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan penjualan secara global sebesar 7% pada kuartal III tahun 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kinerja buruk ini disebabkan lantaran para pecinta kopi dunia telah berpaling dari Starbucks.

Brian Niccol, Chief Executive Officer (CEO) Starbucks menjelaskan pada kuartal III tahun ini perusahaan meraih performa bisnis terburuk sejak merebaknya pandemi COVID-19. Selain penjualan yang menurun, pendapatan bersih turun 3% menjadi US$ 9,1 miliar dalam hingga September 2024, laba turun 25%, serta sahamnya ambruk 4%.

BACA JUGA: Perluas Pasar, Starbucks Hadir di Pematang Siantar dan Palangka Raya

Secara terperinci, kinerja di beberapa pasar besar seperti Inggris, sebanyak 1.200 gerai makin ditinggalkan pelanggan lantaran antrean yang panjang. Kondisi kian diperburuk dengan menurunnya standar layanan dan krisis biaya hidup yang membuat pelanggan mempertanyakan keterjangkauan harga latte atau cappuccino harian mereka.

Kemudian di pasar inti AS, pendapatan turun 6% di tengah penurunan transaksi sebesar 10%. Pasar Cina bahkan lebih terpukul dengan penjualan turun 14%.

BACA JUGA: Starbucks Akhiri Tahun 2022 dengan Tambah Gerai di 3 Kota Baru

“Kami terbebani oleh persaingan makin ketat dan lingkungan makro yang lemah sehingga berdampak pada belanja konsumen,” kata Niccol dilansir dari Standard.co.uk, Jumat (25/10/2024).

Niccol yang baru dipercaya memimpin Starbucks pada bulan lalu mengambil langkah yang cukup langka untuk menyelamatkan perusahaan dengan menangguhkan panduan pendapatan untuk tahun keuangan saat ini. Tujuannya agar memberikan dirinya lebih banyak waktu untuk menyusun perincian rencana baru.

Starbucks akan mengubah strategi secara fundamental agar bisnis kembali tumbuh. Dalam strategi pemasaran, perusahaan akan memfokuskan kembali pada semua pelanggannya, tidak hanya pada anggota program loyalitas.

Niccol akan merombak menu dengan menyederhanakan menu yang rumit dan memperbaiki harga agar lebih kompetitif. Dari sisi layanan, nantinya pelayan memberikan secara langsung menu yang dipesan kepada pelanggan.

Hal-hal tersebut telah menjadi keluhan utama dari para pelanggan dan barista dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengatakan perusahaan akan memastikan setiap pelanggan merasa Starbucks sepadan dengan apa yang mereka dapatkan setiap kali mereka berkunjung.

“Kami harus fokus pada apa yang selalu membedakan Starbucks dengan kedai kopi lain di mana orang-orang berkumpul dan menyajikan kopi terbaik, yang dibuat oleh para barista terampil,” katanya.

Sementara itu, Rachel Ruggeri, Chief Financial Officer (CFO) Starbucks menambahkan meskipun perusahaan terus menambah investasi, tapi penurunan trafik di seluruh gerai tetap tidak dapat terhindarkan. Hal ini yang menyebabkan adanya tekanan berat pada pendapatan dan laba bersih perusahaan.

Upaya efisiensi yang dilakukan Starbucks pun tidak membuahkan hasil yang signifikan terhadap performa bisnis. Apalagi, kata Rachel, perusahaan sempat terbebani dengan kelakuan CEO sebelumnya, yakni Laxman Narasimhan yang melakukan perjalanan hampir 1.000 mil setiap hari dari rumah keluarganya di Newport Beach, California, ke kantor pusat perusahaan di Seattle dengan menggunakan jet perusahaan.

“Kami sedang mengembangkan rencana untuk membalikkan keadaan bisnis kami, namun hal ini membutuhkan waktu,” katanya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS