Membangun startup susah-susah gampang. Membangunnya sih mudah, namun membuanya besar, hingga mendapat pendanaan itu tidak lah mudah. Para Duta The NextDev 2015 pun merasakan demikian. Dalam The NextDev Pulang Kampung pada 18-19 Februari 2016 yang dihelat oleh Telkomsel, mereka memberikan tipsnya kepada generasi muda Kota Malang.
Marisa, co-Founder Rumah Sinau mengatakan, jika ingin menang di kompetisi The NextDev berikutnya itu mudah, yaitu hanya mengikuti semua kriteria perlombaan.
“Kita ini timnya memang agak ambisius. Jadi, begitu ikut pada awal pendaftaran, yang tadinya menggunakan WordPress, kita perbaiki terus sampai membuat platform sendiri,” terangnya.
Sedangkan Handi, tim dari Jejakku mengatakan, diferensiasi itu penting bagi para startup agar bisa bersaing dan menjadi paling beda di The NextDev.
“Perbedaan kami, selain jadi travel directory, juga ada nilai sosial, yaitu kerelawanan. Jadi, kebanyakan yang ikut kami, justru lebih ingin membantu sebagai relawan, bukan sekadar jalan-jalan,” tuturnya.
Di sisi lain, Roni dari Gandeng Tangan, sebuah situs crowd lending atau pinjaman dana dari berbagai pihak ini menuturkan, keunggulan situsnya dibanding crowdfunding lain terletak pada proses pinjaman.
“Pinjaman yang kita berikan bunganya 0%. Jadi moga-moga bebas riba. Keuntungan kami diambil dari biaya administrasi per setiap proyek. UKM nya pun harus yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Tidak sembarangan UKM kita danai,” terangnya.
Menyambung tiga kisah dari Duta The NextDev tadi, Chief Operation Marketeers Dian Onno menilai, saat ini kecenderungannya bukan hanya investor yang memilih-memilih startup untuk didanai.
“Akan tetapi, kalau startup kalian bagus, kalian juga harus pintar-pintar pilih investor. Ada banyak pilihan investor yg bisa kalian dapatkan, mulai dari angel investor sampai crowd sourcing seperti Gandeng Tangan ini,” tuturnya.
Nah, kebetulan dalam acara tersebut, hadir perwakilan dari perusahaan modal venture Rabbi Amrita Givatama dari Fenox Venture Capital. Rabbi bilang, ide seharusnya tidak harus sulit. Namun, sekarang ini, banyak startup yang membuat solusi, tanpa ada masalah.
“Solusi sudah ada. Baru masalah dibuat-buat. That's totally wrong. Startup seperti itu tidak akan dilirik VC,” tegasnya.
Rabbi juga memberikan tips agar startup dilihat oleh VC, yaitu kuncinya terletak pada sosok CEO dan financial plan yang jelas. “Jangan terlalu mengada-ngada. Realistis saja. Buat tiga skenario financial plan jika berhadapan dengan VC,” pungkas Rabbi.
Editor: Sigit Kurniawan