Industri kecantikan dalam negeri kembali kedatangan pemain baru. Bukan sekadar beauty brand, BASE justru memperkuat brand image sebagai perusahaan teknologi. Berkat teknologi yang mereka kembangkan, BASE mampu menghadirkan produk yang bersifat personalisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing customer. Tidak hanya itu, BASE juga mengedepankan transparansi dalam bisnis mereka.
Berkunjung ke laman website BASE, customer akan diajak untuk mengenal diri mereka sendiri melalui Skin Test dan Skin Analysis.
Di bagian Skin Test, customer akan diajak untuk menjawab sejumlah pertanyaan mengenai diri mereka sendiri, meliputi Skin Type, Skin Goals, dan Lifestyle.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki jawaban yang sudah familiar bagi para customer. Mulai dari alat transportasi apa yang biasa mereka gunakan, berapa lama waktu tidur dalam sehari, hingga riwayat skincare yang digunakan.
Setelah melakukan Skin Test, customer akan memperoleh Skin Analysis yang menjelaskan kondisi kulit mereka dan memberikan rekomendasi bahan atau pun jenis produk yang tepat.
“Kami mengajak customer untuk mengenal diri mereka sendiri, apa yang terjadi pada kulit mereka, dan adakah tindakan preventif yang dapat dilakukan. Di bagian Skin Analysis, kami memberikan beberapa rekomendasi bahan-bahan yang bisa digunakan,” papar Ratih Permata Sari, Co-Founder sekaligus Chief Product Officer BASE kepada Marketeers.
Tidak berhenti sampai di situ, BASE juga menunjukkan dari mana sumber bahan-bahan tersebut dapat diperoleh, dan memberikan rekomendasi produk. “Hal ini kami lakukan guna memberikan transparansi kepada para customer,” ujar Ratih.
BASE menawarkan pengalaman yang berbeda bagi customer dalam menggunakan produk skincare. Upaya personalisasi tidak berhenti di tahap Skin Test dan Skin Analysis, melainkan masih terus berlanjut di tahap pembelian dan pascapembelian.
Setiap produk yang dipesan oleh customer akan bertuliskan “Made for (customer’s name)” guna membangun personalisasi yang lebih dalam. Sementara, transparansi diberikan melalui QR Code yang tersedia pada produk tersebut. Ketika customer melakukan scan QR Code tersebut, maka mereka dapat langsung melihat informasi menyeluruh mengenai produk tersebut.
Beberapa hari setelah menerima produk tersebut, customer akan memperoleh post-purchase survey dari BASE. Survei singkat yang memakan waktu kurang dari satu menit ini berisikan pertanyaan seputar pengalaman customer dalam menggunakan produk tersebut. Hasil survei ini kemudian dikembangkan oleh BASE menjadi machine learning.
“Sebagai perusahaan teknologi, kami sangat data driven. Kumpulan data yang kami himpun menjadi sebuah machine learning dapat membantu proses Research & Development dari produk-produk kami di masa depan. Mungkin saja jenis produk yang hari ini diterima customer kami akan berbeda dengan produk berikutnya yang mereka pesan karena pengembangan lebih baik yang terus-menerus kami lakukan,” imbuh Ratih.
Menjawab Anxiety and Desire para Customer
BASE mencoba menjawab anxiety and desire para customer yang mereka temukan di lapangan. Yaumi Fauziah Sugiharta, CEO sekaligus Co-Founder BASE menjelaskan, persoalan pertama yang dihadapi customer adalah perasaan bingung dalam memilih produk skincare yang tepat untuk mereka.
“Too much product in the market. Ketika customer menjelajahi mesin pencari untuk menemukan produk skincare yang tepat, mesin pencari tersebut mungkin akan menampilkan lebih dari 70 produk skincare. Customer masih harus melihat satu per satu review produk yang bersifat subjektif. Sebuah produk skincare mungkin akan memiliki hasil yang berbeda pada setiap individu,” jelas Yaumi.
Hal ini menunjukkan, terdapat thinking and decision making process yang panjang hingga customer memutuskan untuk memilih produk yang ingin dicoba.
Permasalahan lain yang ditemukan BASE adalah harga yang tidak menjamin kualitas produk.
“Ada beberapa konsumen yang rela menyisihkan uang untuk membeli premium skincare brand, namun ternyata tidak cocok. Ketika reaksi negatif muncul, produk tersebut tidak bisa dikembalikan sehingga terdapat inefficiency dari produk yang dibeli dan uang yang sudah dibelanjakan. Belum ada brand yang bisa memberikan garansi ganti rugi ketika customer tidak cocok dengan produk tersebut,” terang Yaumi.
Tidak berhenti sampai di situ, persoalan lain yang coba dijawab BASE adalah memberikan produk yang sesuai dengan keunikan masing-masing jenis kulit.
BASE menemukan, produk-produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) secara umum mengembangkan produk untuk kulit orang Asia Timur atau Caucasian. BASE mencoba menjawab kebutuhan yang beragam ini melalui produk yang dirancang berdasarkan hasil Skin Test masing-masing customer.
Ke depan, BASE akan memperkaya algoritma mereka untuk membuat jenis produk yang lebih beragam.
“Kami akan melakukan optimasi data yang sudah kami miliki. Kemudian, kami akan membangun teknologi yang mampu melakukan special analysis, seperti menganalisis tingkat polusi di daerah tempat customer tersebut tinggal, dan seperti apa kaitan dengan kondisi kulit mereka,” ujar Ratih.