Startup Studio Indonesia Batch 4: Startup Perlu Prioritaskan Model Bisnis
Dunia bisnis kian menantang, khususnya untuk para perusahaan rintisan atau startup. Kondisi pasar yang dipengaruhi oleh ekonomi makro global hingga perubahan orientasi investor, membuat para founder startup harus mawas diri mengubah haluannya bukan sekadar menjadikan growth sebagai satu-satunya matriks kesuksesan sebuah startup. Startup Studio Indonesia (SSI) sebagai program inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang baru menyelesaikan batch keempatnya melahirkan sebuah insight bahwa startup kini perlu memprioritaskan model bisnis.
Dengan kondisi pasar yang terpengaruh oleh ekonomi makro global, yaitu inflasi tinggi di Amerika Serikat dan konflik Ukraina-Rusia di Eropa, berbagai perusahaan di Indonesia mengalami ketidakpastian rencana bisnis. Tidak hanya startup, perusahaan-perusahaan besar pun turut merasakan perubahan iklim ekonomi ini. Bahkan di Amerika Serikat, indeks saham Dow Jones yang terdiri dari 30 perusahaan blue-chip telah mengalami penurunan sebesar 15% year-to-date (YTD).
“Menanggapi kondisi pasar saat ini, saya melihat ada dua faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama faktor eksternal, ekonomi dunia sedang mengantisipasi resesi yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan Perang Russia – Ukraina,” ujar Italo Gani salah satu Dewan Kurator Startup Studio Indonesia perwakilan dari Venture Partner East Ventures dalam laporannya.
Italo Gani melanjutkan, hal-hal ini menyebabkan disrupsi pada rantai pasokan secara global, regulasi startup di Cina yang diperketat, serta penjualan besar-besaran saham teknologi di Amerika Serikat. Pada gilirannya, investor growth-stage jauh lebih berhati-hati dalam berinvestasi dengan valuasi tinggi.
Terdapat pula faktor internal dari para startup itu sendiri, yakni selama dua tahun terakhir, akibat pandemi COVID-19, sejumlah startup teknologi terlalu percaya diri dan kurang bijaksana dalam mengatur pengeluaran.
“Asumsi sejumlah startup bahwa akselerasi digital akan berlangsung secara terus menerus kurang tepat. Secara singkat, terdapat kesenjangan antara ekspektasi dan realita yang terjadi di beberapa startup,” lanjutnya.
Benedicto Haryono, CEO dan Co-Founder dari KoinWorks yang sekaligus merupakan Coach di SSI Batch 4 berpendapat bahwa pada masa-masa menantang ini, para founder tahap awal justru harus berfokus pada produk inti yang telah menghasilkan traction atau bahkan profit.
“Usahakan untuk mempertahankan laju pertumbuhan dengan runway selama 12-18 bulan ke depan, salah satunya dengan menggunakan jalur akuisisi pasar yang lebih terjangkau,” jelas Benedicto.
Strategi yang sama pun diterapkan di Koinworks dengan mengembangkan solusi inti yang sudah berkembang dan berpotensi profit, serta mengurangi inisiatif atau eksperimen baru, paling tidak untuk sementara.
15 Startup pilihan Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 4
Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 4 telah mencapai puncak acara. Setelah menjalani lima bulan pelatihan, 15 belas startup yang terpilih dari ribuan pendaftar, berkesempatan untuk mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program SSI, di hadapan para pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah dan venture capital.
Startup Studio Indonesia merupakan program persembahan Kominfo yang bertujuan untuk mendampingi dan membina para startup tahap awal (early-stage) selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF). Sejauh ini, SSI telah menuntaskan total empat batch pelatihan, dengan total 65 alumni startup berprestasi.
Menurut catatan Kominfo, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch 1-3 hingga Mei 2022 mencapai Rp 332,1 miliar. Dari setiap batch sebelumnya, 30-40% alumni telah mendapatkan pendanaan tahap awal.
“Kami ingin menanamkan mindset pada para founder untuk terus menjaga visi jangka panjang. Ini adalah saat yang baik untuk merefleksikan pengembangan model bisnis dan mengerahkan sumber daya perusahaan dalam merancang inovasi produk yang berkelanjutan dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkap Sonny Hendra Sudaryana, Koordinator Startup Digital.
Dari sini, Kominfo berkomitmen untuk mendukung startup yang ingin menyelesaikan tantangan riil dalam masyarakat, yaitu dengan penentuan regulasi yang tepat, pelatihan talenta digital, dan pembentukan komunitas. Pemberian akses terhadap jaringan ahli startup melalui program SSI juga menjadi komitmen Kominfo.
Setelah program Startup Studio Indonesia Batch 4 selesai, Kominfo masih akan memantau kemajuan dari masing-masing peserta melalui Program Alumni. Para startup akan melakukan sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin setiap bulan selama satu tahun dengan tim SSI. Kurikulum yang dirancang pun berdasarkan kebutuhan unik startup setiap batch, agar alumni bisa mendapatkan solusi yang tepat sasaran.
Startup-startup SSI Batch 4 yang kini resmi menjadi alumni adalah: Transporta (platform logistik untuk perusahaan trucking), Wilov (aplikasi kesehatan wanita holistik), MUFIT (aplikasi pendukung gaya hidup sehat), Envio (platform logistik B2B dan rantai pasok), Allure (aplikasi berbasis kecerdasan buatan yang memberikan rekomendasi produk kesehatan dan kecantikan berdasarkan profil pengguna), Ternaknesia (ekosistem digital bagi peternakan), OkeGarden (platform all-in-one untuk berkebun dan penataan taman).
Lalu ada pula Paygua (solusi pembayaran untuk pelaku bisnis online/offline), Kendali (digitalisasi layanan publik), Surplus (marketplace makanan untuk mengurangi food waste), Friendchised (marketplace franchise di Indonesia), Seryu (aplikasi logistik untuk pengiriman kargo), Universitas123 (platform edutech untuk perkuliahan), Kibble (aplikasi khusus kebutuhan hewan peliharaan), dan Aksel (platform persiapan karir dan pencarian pekerjaan).
“Untuk SSI Batch ke-5, kami akan menargetkan lebih banyak peserta dan kualitas yang lebih baik lagi. Kami melihat semakin banyak startup inovatif dengan potensi tinggi yang bermunculan dari berbagai daerah dengan inovasi di berbagai bidang, terutama sektor pemerintah/government dan pelayanan publik,” tutup Sonny.