Semakin banyak startup teknologi bermunculan di Indonesia. Masa depan para startup teknologi ini pun cukup prospektif. Buktinya, mulai banyak ventura yang berani berinvestasi di dengan startup di Indonesia. Selain orang-orangnya kreatif, Indonesia memiliki pasar yang besar. Inilah yang mejadi alasan mengapa startup teknologi memiliki potensi untuk terus berkembang.
Meski, memiliki potensi untuk berkembang, ada beberapa tantangan yang harus startup teknologi hadapi agar tak kalah bersaing dengan aplikasi besutan luar negeri. Tantangan bisa datang dari masalah bahasa. Selain itu, tantangan pun datang dari teknologi.
“Di negara maju, penerapan teknologi lebih dibandingkan negara berkembang. Untuk itu, mereka harus mampu berjuang,” kata GDP Venture Marketing Research & Strategy Head Matthew Airlangga ketika ditemui pekan lalu dalam gelaran NextDev.
Matthew menemukan, tidak sedikit pengembang yang masih berharap besar pada pemerintah. Padahal, mereka tidak selamanya harus begitu. Menurutnya, banyak startup teknologi yang berhasil meski tidak mengandalkan pemerintah. Namun, Matthew mengapresiasi pemerintah yang mulai mendukung pengembangan aplikasi-aplikasi yang dihasilkan startup.
“Kita bisa bergantung pada negara kita sendiri. Apa pun yang dibuat di Indonesia selalu ada pembelinya selama startup ini menawarkan manfaat kepada masyarakat,” tambah Matthew.
Ketika ditanya mengenai ekosistem digital Indonesia, Matthew melihat ekosistem sudah mulai berkembang. Tapi, Matthew masih melihat Indonesia masih mengacu ke Amerika. Selama ini, Amerika dikenal sebagai negara yang berhasil menciptakan produk teknologi. Padahal, Eropa pun memiliki industri digital yang tak kalah maju.
“Dengan budaya yang berbeda dengan Eropa dan Barat, kita harus memiliki keunikan sendiri. Belum tentu yang berhasil di Amerika bakal berhasil di Indonesia. Malah, pengembang yang memberikan sentuhan lokal jauh lebih berhasil,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan