Perusahaan rintisan (startup) social commerce, Super memasang target dapat melantai di bursa saham (initial public offering/IPO) dalam kurun waktu lima hingga 10 tahun ke depan. Target ini ditetapkan mempertimbangkan kinerja bisnis yang terus menunjukkan tren positif setiap tahun.
Steven Wongsoredjo, Chief Executive Officer (CEO) & Co-Founder Super mengungkapkan, setiap tahun perusahaannya mematok target pertumbuhan dua hingga tiga kali lipat. Angka tersebut merupakan jumlah yang cukup realistis bahkan di saat kondisi perekonomian nasional tengah dalam kondisi sulit.
“Arah kami nanti akan ke sana tapi akan terus mengevaluasi dari setiap perkembangan perusahaan juga market-nya dan yang lain-lain. Namun, kalau dari perkembangannya seperti ini terus mungkin lima sampai 10 tahun ke depan realistis bisa IPO,” kata Steven kepada Marketeers, Rabu (13/7/2022).
Untuk bisa mencapai target tersebut, Steven mengaku enggan jor-joran dalam belanja iklan dengan tujuan melakukan edukasi pasar. Biasanya mereka melakukan edukasi pasar dengan membuat kegiatan-kegiatan massal yang melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Setelah itu, para pelaku UKM diajak untuk bergabung menjadi mitra maupun pengguna layanan social commerce.
Sedangkan barang yang dijual biasanya terbagi dalam beberapa segmen atau stock keeping unit (SKU). Di antaranya seperti fast moving consumer goods (FMCG), fesyen, kebutuhan rumah tangga, hingga peralatan rumah tangga. Sedangkan yang dijual pada layanan Super yakni barang-barang FMCG.
Steven mengklaim upaya tersebut lebih efektif dibandingkan dengan bakar-bakar uang memberikan potongan harga dan belanja iklan secara besar-besaran. “Hal ini tercermin dari jumlah pengguna Super yang menembus 30.000 orang di wilayah Jawa Timur dan Sulawesi. Dari pengguna tersebut menghasilkan transaksi jutaan US$,” ujarnya.
Selain efektif menjaring pengguna, cara edukasi pasar seperti itu juga dinilai positif dari sudut pandang investor. Pasalnya, bisnis social commerce yang dijalankan Super mencerminkan usaha yang sehat tanpa banyak bakar-bakar uang untuk promosi. Dengan demikian pemodal tak berpikir panjang menanamkan modalnya.
Tercatat, hingga sekarang Super telah berhasil mengantongi pendanaan senilai US$ 106 juta atau lebih dari Rp 1,5 triliun sejak pertama kali berdiri. Angka tersebut diklaim yang paling tinggi dibandingkan startup social commerce lainnya.
“Rencananya suntikan modal itu akan digunakan untuk pemerataan akses bagi masyarakat di Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk