Kamera pada smartphone yang semakin canggih telah mengubah behavior masyarakat. Tak jarang dari kita semakin kerap mengabadikan momen yang ada, entah dengan cara selfie atau groufie. Namun, kondisi itu juga mengakibatkan seseorang makin malas membawa kamera. Alasannya pun beragam, mulai dari repot, berat, tidak praktis, atau lainnya. Kondisi itu pun mengakibatkan pasar kamera di Indonesia tergerus.
Namun, bukan berarti pemain di industri kamera berpasrah diri. Canon misalnya. Merry Harun, Canon Division Director pt. Datascrip mengatakan, saat ini masyarakat sedang terkena demam video blogger atau vlogger. “Kami menawarkan produk yang bisa dikombinasikan dengan smartphone. Harus diakui dengan kamera, hasilnya tidak ada noise. Kamera kami juga banyak menghadirkan fasilitas nirkabel,” kata Merry.
Dengan menjadikan kamera sebagai alat pendukung, Merry pun mengaku penjualan kamera Datascrip pada Juni 2016 lalu mengalami pertumbuhan 20% dibandingkan bulan sebelumnya, Mei 2016. “Kami harapkan penjualan pada Juli bisa sama dengan Juni,” kata Merry tanpa mau menyebut angka lebih rinci.
Namun, kondisi itu tidak berlaku bagi kamera untuk segmen menengah bawah. Hal ini mengakibatkan Datascrip lebih memfokuskan diri pada kamera segmen menengah atas. “Jadi, kami melakukan segmentasi dan targeting ulang. Fokus kami saat ini adalah produk menengah atas,” kata Merry.