Strategi Emotional Marketing ala Antam, dentsu dan Spotify

Antam, dentsu Indonesia, dan Spotify mengungkap strategi mereka dalam membangun emotional marketing yang efektif. Ketiga perusahaan ini menyoroti pentingnya brand experience yang kuat, storytelling yang autentik, dan pemahaman mendalam terhadap audiens sebagai kunci utama dalam menciptakan koneksi emosional dengan konsumen.
Adityo Kusumowardhono, Sales and Marketing Senior Manager PT ANTAM Tbk UBPP Logam Mulia membahas bagaimana investasi yang tepat dapat memberikan rasa aman bagi konsumen.
“Keamanan adalah salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan dan kehidupan yang berkah. Dengan memilih investasi yang tepat, kita tidak perlu merasa khawatir, bahkan saat kondisi dunia tidak stabil atau saat kita sudah tidak ada,” ujar Adityo.
Ia menegaskan Antam ingin membangun kepercayaan dengan konsumen, memastikan bahwa mereka bisa menikmati hidup tanpa rasa cemas akan masa depan finansial mereka.
BACA JUGA: Toyota Raih Dua Penghargaan Sekaligus dalam WOW Brand 2024
Sementara itu, Wisnu Putra, CEO Creative dentsu Indonesia menekankan pentingnya brand experience yang terintegrasi dengan storytelling yang kuat.
“Ketika kita tahu apa yang kita yakini, kita tahu bagaimana harus bertindak. Kita harus memiliki keyakinan terhadap merek yang kita miliki, produk yang kita jual, dan apa yang ingin kita capai,” jelas Wisnu.
Menurutnya, perbedaan antara merek yang sukses dan yang tidak adalah kemampuannya dalam menciptakan pengalaman yang bermakna bagi konsumennya. Wisnu juga menyoroti pemasaran bukan hanya soal menjadi viral, tetapi harus bisa memberikan dampak yang lebih besar.
“Mari kita bersama-sama menciptakan budaya baru, mengubah masyarakat agar berkembang lebih baik, dan menciptakan masa depan,” ujarnya.
BACA JUGA: dentsu Indonesia Tunjuk Anwesh Bose sebagai Chief Growth Officer
Cassandra Aprilanda, SEA Marketing Lead Spotify membagikan bagaimana Spotify membangun keterikatan emosional dengan pendengarnya melalui pemanfaatan data dan wawasan tentang perilaku pengguna.
“Pemasaran yang hebat bukan hanya tentang menjadi viral, tetapi bagaimana kita membangun hubungan jangka panjang dan nyata dengan audiens kita,” tuturnya.
Cassandra mencontohkan bagaimana Spotify memahami kebiasaan pendengar, seperti mengapa seseorang mendengarkan podcast horor pada pagi hari atau lagu semangat pada malam hari.
“Ini tentang memahami kebutuhan, emosi, dan budaya mereka,” jelasnya.
Sebagai contoh sukses, Cassandra mengungkapkan bahwa Jakarta adalah kota dengan pendengar Taylor Swift terbanyak di dunia. Untuk itu, Spotify mengadakan ‘This is Taylor Swift’ playlist experience, sebuah acara yang dirancang khusus bagi para Swifties, fans Taylor Swift di Indonesia.
“Salah satu masukan yang kami terima dari penggemar adalah, mereka merasa seperti benar-benar berinteraksi langsung dengan artis di acara tersebut. Itulah kekuatan dari mendengarkan dan memahami,” katanya.
Ketiga perusahaan ini sepakat bahwa emotional marketing bukan sekadar menyampaikan pesan, tetapi membangun hubungan yang bermakna dengan audiens. Dengan pemahaman yang mendalam tentang konsumen, penggunaan storytelling yang tepat, serta menghadirkan pengalaman yang berkesan, merek dapat menciptakan koneksi emosional yang lebih kuat dan bertahan lama di benak masyarakat.
Editor: Ranto Rajagukguk