Pigeon sebagai brand produk perlengkapan bayi asal Jepang terus menunjukkan eksistensinya. Kali ini, Pigeon kembali melakukan pendekatan budaya dalam mengembangkan produknya, yakni dengan pemberian motif batik pada botol susu mereka. Setelah diawali pada 2014, Pigeon mencoba untuk melestarikan kebudayaan bangsa melalui botol-botol motif batik mereka. Latar belakang ini lahir dari Pigeon Care yang menjadi corporate identity mereka. Dari pendekatan budaya dan sosial ini lah, Pigeon berhasil menjaga pertumbuhan bisnis mereka.
“Kami sangat menyadari bahwa asi adalah nutrisi terbaik untuk anak. Kami pun serinngkali melakukan edukasi ke ibu muda soal pemberian asi eksklusif. Kami juga memberikan solusi kepada ibu ketika mereka tidak bisa menyusui langsung bayinya,” kata Anis Dwinastiti, GM Marketing Division Pigeon Indonesia saat peluncuran produk terbarunya di The Papilion Pasific Place Mall Jakarta, Rabu (28/9/2017)
Anis melanjutkan, komitmennya tersebut bukan hanya untuk bayi yang terlahir normal, bayi berkebutuhan khusus seperti bibir sumbing atau yang lainnya juga perhatian mereka melalui produk-produknya. Di tahun keempatnya, motif batik yang diangkat di botol Pigeon adalah motif kupu-kupu dan capung. Bukan sekadar gambar tapi ada makna dan filosofinya dari motif batik ini.
Seperti motif capung yang terinspirasi dari keberadaannya di suatu tempat sebagai sinyal bahwa tempat tersebut memiliki kondisi yang baik. Sederhananya, ketika kita menemukan capung di suatu daerah, bisa menjadi indikasi bahwa daerah tersebut memiliki kualitas udara dan air bersih yang baik. Sementara kupu-kupu menjadi simbol ilmu pengetahuan serra dijadikan sebagai simbol kekuatan dan ketangguhan.
“Di sini, kami juga ingin melestarikan budaya batik yang bisa suatu saat hilang. Bukan hanya botol, kami juga mengeluarkan kain batik cetak di tahun ketiga. Dan tahun 2017 ini kami perkuat dengan kain batik tulis,” lanjut Anis.
Di balik kreasi ini, desainer Iwet Ramadhan lah yang telah berkolaborasi bersama Pigeon untuk mendesain produk ini sejak awal. Baginya, sebuah brand agar semakin menarik harus memiliki cerita dan filosofi. Hal ini yang dibangun olehnya bersama tim Pigeon dalam mengemas botol susu Pigeon.
Hasilnya pun cukup baik. Anis menyebutkan bahwa pada tahun 2016, Pigeon berhasil menjual 100 ribu botol seri batik mereka. Padahal, setiap tahunnnya ketika meluncurkan produk motif batik ini mereka hanya memproduksi sebanyak 25 ribu saja. Selain itu, dirinya pun kerap menemukan konsumen yang menanyakan produk botol mereka di akun Instagram Pigeon. Dari sini, Anis melihat respons yang sangat baik dari konsumen.
“Sejak 2014 sampai 2016, pertumbuhan penjualan botol susu kami sangat signifikan. Market share kami pun meningkat. Berdasarkan data dari Nielsen, market share untuk botol susu kami saat ini mencapai 78% per Oktober 2016,” tutup Anis.
Editor: Eko Adiwaluyo