Di saat industri tekstil terdampak pandemi COVID-19 karena terhentinya supply chain, PT Sri Rejeki Iman Tbk (Sritex) dapat mengambil peluang dari permasalahan melambungnya harga masker dan langkanya Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis.
Produksi masker dan APD tersebut terbukti dapat menyelamatkan perusahaan dari krisis. Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, pada akhir Maret perusahaannya dapat mendistribusikan 45 juta masker hanya dalam waktu tiga minggu.
“Ini menunjukkan sisi humanity perusahaan untuk masyarakat. Kami tidak hanya mengincar profit, tapi juga ingin berkontribusi menstabilkan harga masker karena adanya penimbunan,” kata Iwan dalam Jakarta CMO Club, Senin (14/12/2020).
Meningkatnya permintaan masker yang diproduksi oleh Sritex membuat perusahaan mengganti strategi pemasarannya. Dari yang hanya mengandalkan fitur chat di WhatsApp Group beralih ke toko online di berbagai marketplace.
Inovasi yang dilakukan oleh Sritex tidak hanya mampu mendatangkan keuntungan, tetapi juga mampu mempertahankan 12 ribu karyawan. Iwan menuturkan, saat krisis yang paling utama harus diusahakan adalah menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan sembari melakukan strategi bertahan di tengah pandemi.
“Pandemi menuntut kita untuk berubah. Inovasi pun dihadirkan untuk mendukung perubahan tersebut. Didukung dengan strategi pemasaran yang semuanya beralih ke online. Selama ada inovasi, tidak akan ada krisis,” pungkas Iwan.
Ekspor ke Filipina
Setelah melewati masa krisis, Sritex pun kembali ke bisnis garmen utamanya yaitu mengekspor seragam militer ke sejumlah negara. Setelah berhasil melakukan ekspor ke Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Singapura, Nepal, hingga Australia, kali ini Sritex melakukan ekspor ke Filipina sebagai negara tujuan ekspor ke-36.
Iwan mengatakan, ini adalah ekspor pertama seragam militer ke Filipina dan diharapkan bukan yang terakhir. Sebanyak delapan kontainer seragam militer telah dikirimkan dari pabrik di Sukoharjo pada hari Senin (14/12/2020).
“Ekspor ke Filipina juga menjadi bukti bahwa produk dalam negeri dapat bersaing di pasar internasional. Selain itu, ekspor ini juga diharapkan dapat menjadi jembatan untuk membangun kerja sama antar kedua negara,” pungkas Iwan.
Seragam buatan Sritex diakui Iwan memiliki beberapa keunggulan seperti Ionising radiation regulation protection atau antiradiasi, antinyamuk, antiair dan minyak, antibakteri dan bau, serta anti api. Pengembangannya pun dilakukan di pusar research dan development Sritex yang terletak di Sukoharjo.
Lebih lanjut, hingga kuartal kedua 2020, PT Sritex mampu menunjukkan peforma yang positif. Perusahaan ini mampu membukukan penjualan hingga US$ 895,07 juta, meningkat 1,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Kami berkomitmen untuk terus menunjukkan kinerja yang nyata dan positif dengan terus berkontribusi pada devisa negara melalui peningkatan ekspor,” tutupnya.
Editor: Ramadhan Triwijanarko