PT Sewu Segar Nusantara (SSN), distributor buah lokal merek Sunpride terus meningkatkan penjualan buah segar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan peningkatan kapasitas produksi buah dari 3,9 juta boks tahun lalu, menjadi 4,5 juta boks tahun ini.
Jika dirinci lebih dalam, peningkatan 4,5 juta boks itu terdiri dari 3,7 juta boks buah pisang, 180.000 boks jambu, 220.000 boks nanas, 250.000 boks pepaya, dan 200.000 boks buah impor kiwi Zesprit. Dengan rerata satu boks setara 13 kilogram, maka total produksi Sunpride mencapai 58.500 ton pada tahun ini.
Luthfiany Azwawi, Marketing Manager SSN mengatakan, saban tahunnya, produksi Sunpride meningkat 20%-30%. Hal ini didorong oleh tingkat konsumsi buah yang mengalami peningkatan, khususnya di kota-kota besar.
“Salah satu langkah kami untuk go to market adalah memperbanyak subdistribusi dari 150 sub menjadi 250 sub hingga akhri tahun,” kata Luthfi saat membawa rombongan media ke perkebunan Sunpride, di Suakadana, Lampung Timur, Rabu, (24/8/2016).
Agenda lainnya, Sunpride bakal agresif mendistribusikan buah segarnya ke penjuru Sumatera. Hal ini seiring dengan pembangunan Tol Trans Sumatera yang ditargetkan pemerintah rampung pada tahun 2024.
“Saat ini kami baru tersebar di delapan kota. Masih banyak daerah yang belum kami jamah untuk ekspansi, sehingga peluangnya masih besar,” terangnya.
Semua langkah itu, lanjut Luthfi, mendukung target sister company-nya PT Nusantara Tropical Farm (NTF), yang mengelola perkebunan Sunpride seluas hampir 3.700 hektare di Lampung Timur. Pasalnya, perusahaan ini bakal memproduksi buah sebanyak 20 juta boks pada tahun 2020.
“NTF menjual produk buahnya kepada kami untuk pasar lokal. Kami yang melakukan marketing dan menjualnya ke ritel maupun ke konsumen langsung,” tuturnya.
Sedangkan untuk pasar ekspor, terdapat PT Trans Farm Japan (TFJ) yang mendistribusikan buah Sunpride ke pasar internasional, yang saat ini telah menjamah Jepang, Korea Selatan, dan sejumlah negara Timur Tengah.
Oom Aulia Amrullah, Office Strategic Management PT Nusantara Tropical Farm mengatakan, selama ini pisang masih mendominasi produksi Sunpride yang mencapai 80%. Akan tetapi, untuk beberapa tahun ke depan, Sunpride akan meningkatkan produksi nanas-nya hingga tiga kali lipat dari produksi saat ini.
“Saat ini produksi nanas hanya 10% dari total produksi NTF. Kami akan meningkatkan luas kebunnya menjadi 985 hektare. Sehingga produksi dapat meningkat tiga kali lipat,” terangnya.
Dipacunya produksi nanas (dengan merek Honi), kata Oom, didukung oleh permintaan yang tinggi di pasar domestik. Selain itu, secara produksinya pun memungkinkan karena NTF masih memiliki lahan kosong yang belum digarap.
Apalagi, sambung Oom, sister company NTF yaitu Great Giant Pinneaple (GGP) juga mulai memanen nanas segar di kebunnya yang terletak di Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Selama ini, GGP memproduksi nanas olahan dan kaleng yang diekspor ke berbagai negara. Sehingga menjadikannya sebagai eksportir nanas kaleng terbesar ketiga di dunia . “Ada 1.000 hektare lahan di GGP yang akan ditanami nanas segar. Hal ini menambah jumlah produksi nanas ke depannya,” ujar Oom.
Insinyur pertanian dari Univeristas Lampung ini menambahkan, GGP mulai menanam nanas segar lantaran ada penurunan permintaan nanas kaleng di pasar internasional, khususnya dari Amerika Serikat.
Ekstentifikasi lahan pula dilakukan NTF dengan membuka lahan baru di luar Lampung, antara lain di Aceh dan Kalimantan Timur. Namun, Oom bilang, agenda ini masih dalam tahap negosiasi.
“Kalau ini terrealisasi, maka selain produksi bertambah, distribusi buah ke nusantara akan semakin mudah. Aceh bisa memenuhi kebutuhan di Sumatera, Lampung untuk Pulau Jawa, dan Kalimantan untuk Timur Indonesia,” tutur Oom.
Editor: Sigit Kurniawan