Strategi Syngenta Indonesia Mendukung Petani Jagung Tanah Air
Pada masa pandemi mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan (food security) menjadi tantangan setiap bangsa dan negara. Tentu, tantangan ini bukan menjadi tanggung jawab para petani saja. Semua elemen di industri pertanian pun memiliki perhatian yang tinggi terhadap isu ketahanan pangan dengan menggelar berbagai program. Seperti yang ditunjukkan oleh Syngenta Indonesia dalam mendukung para petani, termasuk para petani jagung.
“Hari ini ada sekitar 2,5 juta orang yang menyandarkan hidupnya ke pertanian. Sayangnya, sektor ini dihadapi dengan tantangan mulai dari sumber daya alam yang kian terbatas, seperti lahan dan sumber air. Petani juga menghadapi persoalan perubahan iklim,” ujar Kazim Hasnain, General Manager Syngenta Indonesia.
Salah satu produk unggulan yang dihasilkan pertanian Indonesia adalah jagung. Di tingkat dunia, Indonesia masuk ke dalam delapan besar negara produsen jagung. Sebagian besar petani jagung di Indonesia adalah para petani kecil yang luas lahan rata-rata hanya 0,5 hektar.
Agar para petani jagung dapat mencapai produksi yang sesuai dengan target pemerintah, Syngenta Indonesia turut berperan dengan memproduksi benih jagung hibrida unggulan. Benih unggulan ini dibuat melalui riset yang panjang dan sesuai dengan kondisi lahan petani dan cuaca di Indonesia. Selain itu, benih ini juga diklaim memiliki produktivitas yang tinggi serta bisa menjadi solusi untuk hama dan penyakit tertentu yang menyerang tanaman jagung, seperti busuk batang dan bulai.
Syngenta mencatat, dalam dua dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan produksi jagung di Indonesia. Dari semula 9,5 juta ton pada tahun 2000, kini telah lebih dua kali lipat menjadi 19,7 juta ton pada tahun 2020. Provinsi Jawa Timur merupakan produsen jagung tertinggi di Indonesia dengan 1,05 juta lahan dan produktivitas mencapai 5,3 juta ton per tahun, kemudian diikuti oleh Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo.
“Tujuh daerah ini menyumbang sekitar 80% jagung yang ada di Indonesia. Peningkatan pesat produktivitas pertanian jagung di Indonesia ini, membuat Indonesia sebagai negara pengekspor jagung yang terbesar di Asia Tenggara. Tentu ini membanggakan kita semua, dan Syngenta berkomitmen untuk terus menjadi bagian dari pertumbuhan jagung nasional,” ujar Fauzi Tubat, Head of Seed Business Syngenta Indonesia.
Salah satu komitmen Syngenta dalam menjalankan aktivitasnya adalah The Good Growth Plan (GGP). The Good Growth Plan adalah kerangka program pertanian berkelanjutan Sygenta yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2013 dalam wujud enam komitmen. Keenam komitmen itu telah mencapai tujuannya pada tahun 2020 dengan keberhasilan 14 juta hektar lahan pertanian berhasil diselamatkan dari degradasi. Keanekaragaman hayati juga meningkat di 8 juta hektar lebih lahan pertanian.
Good Growth Plan telah diakui menjadi program keberlanjutan yang paling komprehensif yang berfokus pada petani dan lahan pertanian. Untuk itu, pada pertengahan tahun 2020, program Good Growth Plan melanjutkan evolusinya dengan empat komitmen baru yang harus dicapai hingga tahun 2025.
Komitmen baru itu berambisi untuk mengurangi jejak rekam karbon pada pertanian dan membantu petani menghadapi pola cuaca ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim global. Empat komitmen baru Good Growth Plan tersebut, di antaranya mempercepat inovasi bagi petani dan alam, mengusahakan pertanian yang netral karbon, membantu pekerja pertanian tetap sehat dan selamat, serta bermitra untuk menciptakan dampak positif.
“Pada akhirnya, kolaborasi dan sinergi antarlembaga akan menjadi kunci atas berbagai persoalan di pertanian,” tutup Fauzi.