Cash flow (arus kas) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi perusahaan untuk bertahan dalam menjalankan bisnis, terlebih di masa-masa sulit seperti saat ini. Bahkan, ada istilah dalam dunia bisnis yang berbunyi, “cash is king”. Lantas, bagaimana XL Axiata memandang persoalan ini?
Deputy CFO XL Axiata Budi Pramantika mengaku setuju dengan istilah cash is king. Pasalnya, perusahaan perlu memastikan agar arus kas keuangan perusahaan berada dalam kondisi sehat (balance).
Di semester I-2020, total kas di neraca keuangan XL Axiata sudah mencapai Rp 4,3 triliun atau naik lebih dari dua kali lipat dari total kas pada akhir 2019 (Rp 1,6 triliun).
“Peningkatan ini merupakan hasil dari fokus perusahaan untuk melakukan operational excellence dan menjaga biaya yang didukung dengan hasil dari penjualan menara beberapa waktu yang lalu,” ujar Budi kepada Marketeers, beberapa waktu lalu.
Untuk menjaga arus kas dengan baik, Budi menjelaskan, XL memastikan pendapatan meningkat dan biaya opex maupun capex terjaga dengan baik.
Tak lupa, XL turut melakukan forecasting. “Di XL Axiata, kami memastikan forecasting menjadi salah satu fokus di bagian finance untuk memastikan jika kami mengeluarkan biaya seperti capex dan opex sesuai dengan pemasukan (revenue) sehingga dapat menjaga kas tetap sehat, dan memastikan pengeluaran kami sejalan dengan dengan uang yang masuk, terutama dalam masa-masa sulit seperti saat ini ini,” jelas Budi.
Salah satu tips untuk memperbaiki dan mengatur cash flow di saat masa sulit (krisis) dapat dilakukan dengan menjual invoice yang belum dibayar kepada pihak ketiga. Bukan lagi memikirkan untung atau rugi, perusahaan perlu mempertimbangkan bagaimana cara untuk memperoleh cash untuk melanjutkan operasional.
Meski bisnis XL Axiata utamanya berbasis cash sales, perusahaan tersebut tidak memungkiri jika cara tersebut bisa saja digunakan.
“Bisnis kami tidak melakukan sales on credit, kecuali di enterprise dan pascabayar (postpaid). Namun, kontribusi enterprise dan pascabayar (postpaid) terhadap total pendapatan masih relatif kecil. Jika cocok memang invoice bisa dijual ke pihak ketiga,” imbuh Budi.