Studi: Kerugian Serangan Siber Bikin Perusahaan di Indonesia hingga Rp 15 M
Cloudflare perusahaan konektivitas awan menyebut kerugian yang dialami perusahaan dan lembaga di Indonesia akibat serangan siber mencapai Rp 15 miliar.
Angka tersebut diperoleh dari laporan yang berjudul “Melindungi Masa Depan: Survei Kesiapan Keamanan Siber Asia Pasifik” yang mengungkap cara organisasi mengatasi peningkatan jumlah insiden keamanan siber, tingkat kesiapannya, dan akibat yang dialami.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa% responden di Indonesia mengalami insiden keamanan siber dalam 12 bulan terakhir. Kebanyakan insiden tersebut disebabkan oleh serangan web, diikuti oleh phishing dan penyerangan email bisnis, dengan responden memberi peringkat pada penanaman spyware, penyelundupan data, dan keuntungan finansial sebagai motif utama penjahat siber.
BACA JUGA: Kaspersky Beberkan Prediksi Serangan Siber Pada 2024, Ini Detailnya
“Di tengah kian kompleksnya lingkungan ancaman siber yang berdampak pada risiko finansial dan reputasi organisasi, para pelaku bisnis perlu lebih mendedikasikan waktu dan sumber daya untuk merumuskan strategi keamanan siber yang tepat bagi organisasi mereka agar mampu menangkal serangan berbahaya dan meningkatkan ketahanan siber. Organisasi harus memandang keamanan siber sebagai hal yang sangat penting dan melakukan investasi yang diperlukan untuk mengatasi kesenjangan yang ada,” kata Jonathon Dixon, Wakil Presiden dan Direktur Pelaksana, Asia Pasifik, Jepang, dan China di Cloudflare dalam keterangan, Kamis (30/11/2023).
BACA JUGA: 6 Sektor Ini Masih Jadi Target Utama Serangan Siber
Kerugian Rp 15 miliar tersebut dialami setidaknya oleh 54% responden yang disurvei dalam 12 bulan terakhir. Responden juga menyebutkan kehilangan data/kekayaan intelektual, kerusakan reputasi, dan kehilangan pelanggan sebagai dampak terbesar yang dialami organisasinya di luar kerugian keuangan.
Ironisnya, di tengah tingginya frekuensi insiden keamanan siber di Indonesia, hanya 53% responden yang menyatakan sangat siap untuk mencegah insiden tersebut. Para responden mengakui kurangnya sumber daya manusia sebagai tantangan terbesar dalam hal kesiapan keamanan siber.
Selain itu, dampak insiden keamanan siber di Indonesia juga meluas ke operasional organisasi, dengan 39% responden mengatakan bahwa organisasinya menunda rencana perkembangan, menghentikan operasi untuk sementara, dan melaporkan insiden ke pihak yang berwenang.
Editor: Ranto Rajagukguk