Suka Duka @pergijauh Dalam Berbisnis Di Lawless

marketeers article
Gofar alias @pergijauh

Marketeers Radio kembali mewawancarai orang-orang yang kreatif dan inovatif dalam berbisnis. Kali ini Marketeers Radio mewawancarai Abdul Gofar Hilman (Gofar), salah satu pemilik Lawless, sebuah one stop shopping yang berisikan merchandise band, studio tattoo dan motor-motor klasik.

Lawless berawal dari gabungan dua buah toko, yaitu Pistone (sebuah toko yang menjual dan memodifikasi motor klasik) dan Howling Wolf (sebuah toko yang menjual merchandise band dan studio tattoo). Berdiri pada tahun 2011, perkembangan Lawless terbilang pesat karena tepatnya segmentasi yang dituju dan efektifnya aktivitas promosi Lawless (baca di Konsistensi Adalah Kunci Sukses Lawless). Gofar yang juga banyak dikenal lewat akun Twitter-nya @pergijauh ini berbagi suka dukanya dalam berbisnis di Lawless.

Pengaruh @pergijauh Terhadap Lawless

Gofar mulai dikenal banyak orang lewat akun Twitter-nya @pergijauh. Lewat akun Twitter inilah Gofar sering melemparkan lelucon dan komentar yang nyeleneh dan membuat ia meraih lebih dari 54 ribu followers. Lewat aksinya itu pula Gofar telah membuat buku yang berjudul Kotbah Timeline, yang berisikan kumpulan tweet miliknya.

Mempunyai banyak pengikut di dunia Twitter ternyata juga mempengaruhi bisnis Lawless miliknya ini. “Pengaruhnya lumayan banget. Ada yang dateng ke Lawless tapi ngga suka musik rock n’ roll, ga suka tattoo, tetapi mereka beli baju dan buku gue. Pernah ada kejadian lucu! Ada segerombol cewe-cewe SMA yang dateng ke Lawless mau minta foto bareng gue. Sambil bercanda, mereka gue suruh belanja dulu minimal 500 ribu, baru boleh foto. Eh ternyata mereka beneran belanja! Hahaha” ujar Gofar seraya tertawa.

Suka dan Duka Dalam Berbisnis

Sejak kehadirannya dari tahun 2011, Lawless telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu toko motorcyclothes terkenal di Jakarta. Selama dua tahun itu pula, seperti juga pebisnis lainnya, Gofar memiliki suka dan duka dalam berbisnis di Lawless ini.

Ada beberapa kendala yang dihadapi Gofar, salah satunya adalah menghadapi tren yang cepat berganti. “Sekarang motor-motoran dan budaya kaya gini (motor klasik) jadi tren. Positifnya, banyak orang baru yang beli. Negatifnya, kalo trennya hilang, pembeli juga hilang. Tapi dengan kita fokus ke roots-nya, mudah-mudahan ngga” harap Gofar.

Seperti juga para entrepreneur lainnya yang di wawancarai Marketeers Radio, pria berkacamata ini juga berbagi kisah best and worst story selama berbisnis. “worst-nya, ngga semua orang suka dengan produk kita. Dulu pembeli sedikit banget. Bahkan bisa ada satu hari ngga ada yang beli sama sekali. Tapi akhirnya kita bisa mengatasinya dengan membuat pameran motor keren. Kalo best-nya, gue ngga pernah ngerasa tua di sini karena pembelinya unik-unik! Pernah ada yang abis fitting baju, orang itu joget-joget sambil nanya ke gue: ‘gue udah keren kan?’ Hahaha!” tawa Gofar kepada Inga, penyiar Marketeers Radio.

Simak Entrepreneur Talk dalam program #MarketeersHour di Marketeers Radio, setiap Senin-Jumat, pukul 13.00-16.00. Dengarkan di www.marketeers.fm

 

Related