Topik mengenai sustainable fashion kian santer menjadi perbincangan di industri fesyen Tanah Air. Namun, berbeda dengan SukkhaCitta, jenama lokal ini justru menggaungkan fashion regenerative.
Menanggapi isu industri fashion yang berdampak buruk pada lingkungan, SukkhaCitta hadir selama delapan tahun dengan fokus pada fashion regenerative dan praktik-praktik etis dalam industri.
Denica Riadini-Flesch, Founder SukkhaCitta menjelaskan semua karya yang dibuat oleh pihaknya dibuat dari 100% tanaman dengan proses yang bertumpu pada siklus regeneratif alam dan berfokus pada kesehatan tanah.
“Semua karya SukkhaCitta dibuat dengan 100% tanaman: mulai dari kapas Tumpang Sari yang ditanam secara organik dan regeneratif, sampai pewarna alam yang mewarnai semua kain kami,” ujar Denica dalam konferensi pers REGENERASI pada Jumat (22/11/2024).
“Hal ini kami terapkan agar semua yang kami ciptakan bisa meregenerasi tanah dari merubah bagaimana dia ditanam, dapat diperbaiki melalui re-dye services, and designed to be able to biodegrade back to the Earth leaving zero waste,” katanya.
BACA JUGA Dapat Dana Hibah, SukkhaCitta Kembangkan Proyek Kapas Regeneratif
Dalam proses kreatifnya, SukkhaCitta bekerja sama dengan para pengrajin di Indonesia, terutama mereka yang berspesialisasi dalam tekstil tradisional seperti ikat dan batik, untuk memastikan bahwa bahan baku yang mereka gunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan.
Seperti disampaikan sebelumnya, SukkhaCitta menggunakan proses pewarnaan alami untuk menghindari bahan kimia berbahaya yang berisiko mencemari lingkungan saat penggunaan pewarna sintetis.
“Kami mengambil bahan-bahan alami, fokus untuk mengurangi limbah dengan mendaur ulang kain dan mengadopsi teknik produksi tanpa limbah. Kami ingin ikut berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon dari proses fashion,” ucap Denica.
Anastasia A Setiobudi, Creative Director SukkhaCitta menjelaskan perbedaan fashion regenerative dengan sustainable fashion.
“Jadi kalau sustainable fashion itu sebenernya supaya kita tidak doing more harm, sementara regenerative itu justru menambah kebaikan terhadap alam. Makanya, yang menjadi highlight kami itu bergantung pada kondisi tanah agar tetap sehat dan bisa digunakan lagi,” tutur perempuan yang akrab disapa Ana saat ditemui Marketeers.
Ana tak memungkiri ini menjadi sebuah tantangan bagi pihaknya dalam menghadirkan setiap koleksi. Namun menurutnya, kondisi tersebut menuntut pihaknya untuk bisa agile.
BACA JUGA SukkhaCitta Jadi Merek Fesyen Pertama Bersertifikasi B Corp di Indonesia
“Karena mengikuti ritme alam, jadi kita harus benar-benar bisa agile melihat kondisi yang ada di desa. Selain itu harus pintar-pintar, mungkin kalau di brand fashion biasa dianggap sebagai reject, tapi aku harus bisa highlight itu sebagai sebuah keunikan,” kata Ana.
Sebagai bentuk komitmennya, SukkhaCitta juga telah menjadi fashion brand pertama di dunia yang mendapatkan sertifikasi Ethically Handcrafted dan merek fashion pertama di Asia yang telah terverifikasi net zero target oleh Science Based Targets Initiative.
SukkhaCitta tidak hanya bermaksud untuk mengurangi kerusakan yang sudah ada, namun lebih dari itu, ingin memberikan dampak yang nyata.
Editor: Ranto Rajagukguk