Sukses di Myanmar, Inovator Teknologi Kiwi Aliwarga Ingin Bangun Tanah Air

marketeers article

Berita mengenai diaspora Indonesia yang kembali ke Tanah Air makin sering didengar. Harapan baru untuk Indonesia yang lebih baik pun terus bertambah kuat dengan kehadiran mereka. Prestasi mereka di luar negeri dan semangat mengabdi untuk negeri ini memang selalu menarik untuk diikuti. Salah satunya datang dari kisah konglomerat Kiwi Aliwarga yang telah sukses membangun kerajaan bisnis di Myanmar. Kembali ke Indonesia, inovator teknologi ini membawa keahlian dan mimpinya.

Berbasis teknologi, Kiwi menjawab berbagai persoalan di Tanah Air. Mulai dari persoalan kesejahteraan para petani lokal yang berlarut, teknologi transportasi pengurai kemacetan melalui drone penumpang, dan solusi lainnya yang berbasis teknologi industri 4.0. Sektor-sektor ini sendiri masuk sebagai sektor andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Jika dilihat, industri nonmigas tengah mendapat perhatian besar pemerintah Indonesia sebagai pendukung perekonomian negeri.

Secara keseluruhan, industri nonmigas di Indonesia menunjukkan perkembangan. Tahun lalu, catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan, industri ini menyumbang 19,86% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Nilai PDB industri pengolahan pada tahun itu menyentuh Rp 2,95 ribu triliun. Sementara, PDB nasional terpantau bertengger di angka Rp 14,84 ribu triliun.

“Ada beberapa sektor yang tumbuhnya tinggi, seperti industri alat angkut dan otomotif tumbuh 9,49%, industri kulit dan alas kaki 9,42%, industri logam dasar 8,99%, industri tekstil dan produk tekstil 8,73%, serta industri makanan dan minuman 7,91%,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam laporannya pada awal tahun 2019.

Di sisi lain, Kiwi yang telah melakukan riset mendalam dengan memerhatikan perkembangan Indonesia dalam 50 tahun terakhir, melihat adanya persoalan strategis yang harus diselesaikan. Untuk itu, innovator teknologi berusia 49 tahun ini membawa solusi melalui teknologi berbasis pada industri 4.0.

Di Myanmar sendiri, mantan karyawan Astra Internasional dan United Tractor ini memiliki kerajaan bisnis perdagangan. Mengawali dengan bisnis penjualan alat berat, bisnis Kiwi yang diberi nama UMG Myanmar terus berkembang hingga pada tahun 2008 menguasai 70% pangsa pasar alat berat di Myanmar. Kiwi pun mengekspansikan bisnisnya ke wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti Kamboja, Vietnam, dan Laos.

Tidak berenti sampai di sana, Kiwi mengembangkan bisnisnya ke berbagai sektor. Saat ini, UMG Myanmar memiliki portofolio bisnis di sembilan sektor, seperti food & beverage, financial services, bank, multi finance, technology, mining, contractor, hiburan, dan edukasi.

“Pada tahun 2014, saya berpikir bahwa bisnis model tradisional yang saya kembangkan selama ini di Myanmar paling tidak umurnya tinggal 15 tahun. Untuk itu, saya belajar dan masuk ke ranah startup dengan mendirikan UMG IdeaLab,” ujar Kiwi Aliwarga, Founder UMG IdeaLab.

Sebelum mendirikan UMG IdeaLab, Kiwi cukup aktif mendanai para startup inovatif sebagai angel investor. Lalu, ia mendirikan UMG IdeaLab sebagai Corporate Venture Capital (CVC). Resmi berdiri pada tahun 2015, UMG IdeaLab merupakan anak perusahaan UMG Myanmar. Melalui perusahaan ini, Kiwi membangun beberapa startup yang bermisi untuk memberikan solusi dari berbagai persoalan di negeri ini. Tentu, upaya ini dilakukan melalui sentuhan teknologi sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0.

Hingga saat ini, secara total UMG IdeaLab telah memiliki portofolio 25 startup Indonesia yang dinilai inovatif dan memberikan solusi untuk negeri ini. Upaya UMG IdeaLab untuk fokus ke startup Indonesia ditunjukkan secara serius dengan memberikan seed funding kepada para startup tersebut. Hingga saat ini, UMG IdeaLab telah mendanai startup di Myanmar, Indonesia dan Thailand.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related