Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengembangkan komoditas kakao untuk memberikan nilai tambah. Salah satunya dilakukan dengan cara mengolah kakao menjadi produk artisan yang bisa dilakukan seluruh industri, baik skala kecil, menengah, maupun besar.
Putu Juli Ardika Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin menjelaskan potensi nilai tambah biji kakao jika diolah menjadi produk artisan bisa menghasilkan enam hingga sepuluh kali nilai tambah.
BACA JUGA: Indonesia Bidik Jadi Eksportir Kakao Terbesar Dunia
“Bahkan, apabila diolah menjadi produk farmasi seperti suppositoria, nilai tambah dapat mencapai 36 kali,” kata dia melalui keterangan resmi, Kamis (26/9/2024).
Menurutnya, guna menangkap peluang tersebut pemerintah telah melakukan program pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) berkolaborasi dengan Cocoa Mars Academy di Tarengge, Sulawesi Selatan.
BACA JUGA: Industri Pengolahan Kakao Sumbang Ekspor US$ 549 Juta
Program pelatihan ini telah menghasilkan lebih dari 200 SDM terlatih dari seluruh Indonesia yang mampu melaksanakan Good Agricultural Practices (GAP) kakao mulai dari membuat pembibitan atau nursery terstandar, perawatan tanaman, sampai penanganan pascapanen.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan kakao mencapai 1-1,5 ton per hektare setiap tahun.
“Kami juga membuka kesempatan untuk talenta-talenta di perkakaoan Indonesia untuk on the job training di perusahaan atau pusat pengembangan kakao,” ujarnya.
Putu menambahkan pengembangan produk kakao sangat diminati oleh industri, terutama produk cokelat artisan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pelaku industri setiap tahunnya.
Tercatat pada tahun 2023, jumlah industri kakao artisan meningkat dari 31 pelaku menjadi 39 pelaku. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
“Dalam lima tahun ke depan, diharapkan industri ini terus dapat berkembang hingga 120 industri,” kata Putu.
Editor: Ranto Rajagukguk