Sulli Akui Hidupnya ‘Disetir’ sang Ibu, Pertanda Helicopter Parenting?
Serial Persona: Sulli resmi tayang di Netflix pada Senin (13/11/2023). Serial ini terdiri atas dua episode, salah satunya film dokumenter bertajuk Dear Jinri yang berisikan wawancara dengan mantan anggota girl grup f(x) tersebut.
Dalam dokumenter yang terdiri atas lima bagian itu, Sulli mencurahkan isi hatinya soal berbagai hal. Salah satunya hubungan dengan sang ibu, yang secara gamblang ia jelaskan pada bagian pertama bertajuk Jalan Berlapis Bata Kuning.
Pemilik nama asli Choi Jin Ri itu mengaku tak terlalu dekat dengan sang ibu. Ia bahkan sempat bercita-cita menjadi pembuat boneka karena semasa kecilnya sering membuat figur pengganti sosok ibu agar tidak kesepian.
BACA JUGA: Dirasakan Mahasiswi FKH Unair, Ini Bahaya Pola Asuh Overprotektif
Namun, seiring berjalannya waktu waktu, hubungan Sulli dan ibunya membaik. Di sisi lain, kedekatan keduanya yang bagaikan ‘anak kembar’ justru membuat sang idol merasa hidupnya ‘disetir’ oleh orang yang melahirkannya tersebut.
Perempuan kelahiran 1994 ini bahkan sampai merasa tak bisa membuat keputusan sendiri. Ia baru berani mengambil keputusan sendiri begitu menginjak usia 20 tahun.
Saat itu, ia mulai bisa lepas dari bayangan ibunya dan mewujudkan keinginannya.
“Saat itu aku punya dua keinginan: mencari terapis dan mengencani seseorang. Aku bahagia saat itu, namun aku merasa ibu menyuruhku untuk tidak bahagia. Pada akhirnya, aku berhenti mendengarkan ibuku dan hanya akan berbuat semauku,” ucapnya.
Sang Ibu Terapkan Helicopter Parenting
Apa yang dilakukan oleh ibu Sulli bisa dibilang helicopter parenting, sebagaimana dijelaskan laman Hello Sehat. Ini merupakan pola asuh yang terlalu ‘menyetir’ dan memantau kehidupan anak, layaknya helikopter yang berputar di atasnya.
Buku Between Parent & Teenager menyebut pola asuh helikopter cenderung menentukan anak harus bertindak seperti apa, bahkan terlalu melindunginya dari kesulitan. Orang tua melakukan ini karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak dan tidak ingin ia merasakan kegagalan.
BACA JUGA: Berkaca dari Mahasiswi FKH Unair: 4 Tips Hadapi Orang Tua Overprotektif
Di sisi lain, pola asuh yang demikian justru bisa membawa sederet dampak buruk bagi si anak. Di antaranya, membuat anak mengalami depresi, tidak bisa membuat keputusan sendiri saat dewasa, tidak memiliki coping skill, hingga menurunkan kepercayaan diri.
Ketimbang ‘menyetir’ dan memantau kehidupan anak sepenuhnya, orang tua justru sebaiknya membiarkan mereka berusaha dengan kemampuan sendiri. Biarkan anak belajar menangani hal dan tanggung jawab sendiri agar lebih mandiri.
Orang tua juga tak semestinya merasa cemas berlebihan terhadap keputusan yang diinginkan anak. Hadapi kesulitan bersama dengan anak dengan menghadirkan respons yang lebih positif tanpa membuat anak merasa cemas.
Di samping itu, orang tua juga perlu menghargai pendapat dan keputusan anak. Jika hal tersebut kurang sesuai dengan kebaikan anak, coba ajak ia berbicara dan pahami mengapa anak berpikir demikian.
Editor: Ranto Rajagukguk