Ribuan tahun sudah sumber daya alam (SDA) Indonesia memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan di dalamnya. Berbagai kebutuhan sehari-hari hingga industri hampir seluruhnya dapat dijawab oleh alam ibu pertiwi ini, termasuk kebutuhan industri kaca. Kaca yang berbahan dasar pasir kuarsa dengan mudah diproduksi di sini. Sekitar 60% – 70% kebutuhan pasir kuarsa untuk produksi selembar kaca mampu dijawab dengan sangat baik oleh pantai-pantai di seluruh Indonesia. Alhasil, Indonesia mampu berkoar di ranah internasional dengan memproduksi hingga 1,45 juta ton kaca setiap tahunnya atau setara dengan total produksi delapan negara di ASEAN.
“Industri kaca Indonesia akhirnya mampu menarik perhatian dunia. Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan menyelenggarakan pameran kaca dunia, Glasstech. Tahun ini merupakan tahun kedua Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara. Saat ini, dari total produksi Indonesia, 40% telah diekspor hampir ke 50 negara di dunia. Industri ini juga menampilkan potensi bisnis yang besar,” jelas Darma Putra Narjadin, Chief Asosiasi Kaca Lembaran & Pengaman (AKPL) kepada Marketeers.
Dari sisi produksi, salah satu produsen terbesar di Indonesia, PT Asahimas Flat Glass Tbk menyebutkan 80% – 90% telah menggunakan komponen lokal (TKDN). “Sekitar 70% bahan bakunya adalah pasir kuarsa, 20% itu adalah cullet atau sisa-sisa pecahan kaca dan 10%-nya adalah bahan adiktif yang masih kami impor,” jelas Hence Purnawan, Project & Marketing Group, Group Leader Flat Glass General Division Asahimas.
Dari sisi permintaan, di pasar lokal yang mengkonsumsi 60% dari total produksi, 75% diserap oleh industri properti dan 25% oleh industri otomotif. Dua industri ini merupakan pasar besar bagi para pemain industri kaca lokal maupun global. Putra menyampaikan sebuah hasil riset terkait bahwa Jakarta merupakan kota kedua paling potensial untuk investasi properti setelah Tokyo. Selain Jakarta, nama-nama seperti Surabaya dan Makassar juga ada di dalam daftar tersebut. Sementara untuk pasar otomotif, kaca tempered telah menjadi kaca standar yang dipilih oleh para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) industri ini.
“Mobil-mobil baru saat ini sudah memakai kaca tempered, salah satu produk inovatif. Kaca ini memiliki satuan partikel yang lebih kuat dibandingkan kaca biasa. Selain itu, jika pecah kaca ini akan membentuk kristal-kristal kecil yang tidak terlalu tajam dan membahayakan. Sehingga jika terjadi kecelakaan, pengendara mobil saat ini tidak akan mengalami luka serius dari pecahan kaca,” lanjut Putra.
Selain pada produk otomotif terkini, kaca tempered juga telah digunakan oleh bangunan perkantoran dan hotel-hotel. Putra menyebutkan bahwa dalam lima tahun ke depan, industri akan tumbuh lebih besar lagi. Hal ini seiring dengan perkembangan infrastruktur dan bisnis properti serta otomotif Indonesia. Selain itu, perkembangan teknologi kaca yang berkiblat pada Amerika dan Inggris juga terus berkembang. Ke depan, teknologi kaca apung akan menjadi tren dunia.