Di tengah ancaman suku bunga yang merangkak, Bank BRI bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih di angka 14,6% menjadi RP 23,5 triliun hingga kuartal ketiga 2018. Bank yang genap berusia 123 tahun pada Desember 2018 ini, juga berhasil mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit di atas rata-rata industri. Sementara, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) gross masih terjaga di angka 2,5%. Lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang bertengger di angka 2,7%.
Semua itu tidak terlepas dari peran Suprajarto. Sebagai orang nomor satu, pria yang hobi bersepeda ini melengkapi Bank BRI dengan segala inovasi dan digitalisasi. “Namun, kami tidak pernah melupakan core bisnis kami, yaitu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM),” kata penyandang gelar doktor Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran, Bandung itu.
Apa rencana Suprajarto bagi Bank BRI selanjutnya? Apakah digitalisasi adalah segalanya bagi Bank BRI? Simak wawancara Suprajarto yang meraih Best Industry Marketing Champion 2018 dari sektor perbankan, sekaligus Marketeers of The Year 2018.
Bank BRI punya jaringan yang terluas. Di satu sisi, investasi terbilang mahal. Bagaimana dampaknya terhadap bisnis?
Kebetulan latar belakang saya memang berasal dari Bank BRI. Meski saya sempat ngekos di Bank BNI selama dua tahun. Waktu di Bank BRI dulu, saya memegang jaringan dan layanan. Pada tahun 2007, Bank BRI hanya memiliki 6.000 unit kerja (uker). Lalu, saya sampaikan ke Pak Sofyan Basyir (Direktur Utama BRI kala itu), jika ingin besar, kita harus menggenjot jaringan. Akhirnya kami berhasil menambah 5.000 uker. Sehingga, jumahnya mencapai 11.000 uker. Ketika saya pindah, Bank BRI sudah memiliki 22.000 ATM.
Saat itu memang ada pendapat bahwa teknologi yang berkembang membuat cabang konvensional harus kita kurangi. Tapi kondisi Indonesia sedikit berbeda dengan negara lain. Di samping memiliki lebih dari 17.000 pulau; kultur dan knowledge penduduk Indonesia berbeda. Mereka belum bisa mengikuti branchless sepenuhnya, dan lebih mengharapkan individual touch. Bahkan unit kami di daerah, bukan hanya untuk transaksi saja, namun juga ngobrol dan ngadem. Bahkan, ada nasabah yang melepas sandal ketika masuk. Orang Indonesia sangat santun dan punya etika yang tinggi.
Saya melihat lima tahun ke depan, kita juga belum bisa full technology. Dengan adanya jaringan, nasabah akan tahu banyak tentang Bank BRI. Sehingga, funding, lending, fee based income akan tumbuh.
Jadi, banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh dengan perbankan. Padahal duit di pelosok sangat banyak. Mulai di kebun hingga tambang. Kami pun mendatangi mereka dengan berbagai moda transportasi. Kami juga menghadirkan Teras BRI yang dapat melayani hingga pelosok. Saya meyakini semua ini akan mempercepat pertumbuhan Bank BRI. Dan, ini terbukti.
Artinya BRI mengombinasikan jaringan melalui BRISAT, namun juga tidak meninggalkan touch kepada nasabah?
Satelit berfungsi sebagai jaringan komunikasi agar outlet yang jauh bisa melayani nasabah dengan baik. Bank harus melayani secara real time. Bahkan, banyak hal yang bisa diselesaikan dengan satelit, seperti memantau kinerja karyawan misalnya.
Namun, ketika melayani nasabah, mereka ingin mendapatkan individual touch. Mereka ingin ketemu, ngobrol, ngadem, bahkan ngeluh soal anak dan keluarga. Bahkan Teras BRI di pasar menyediakan makanan, kue sehingga nasabah bisa ngobrol santai. Ini nyata dan riil, meskipun sudah mulai bergeser karena kami membuka Agen BRILink. Indonesia memang unik. Jadi, kalau di seminar banyak yang mengatakan arahnya branchless, lain halnya dengan Indonesia.
Bank BRI baru saja mengakuisisi Danareksa. Apa tujuannya?
Bukan hanya Danareksa, tapi juga Danareksa Investment Managemet meski belum mayoritas. Kenapa? Karena kami ingin bergerak di bisnis keuangan secara terintegrasi. Karena potensinya luar biasa. Dari nasabah kami saja, banyak yang mau menerbitkan obligasi, Initial Public Offering (IPO), right issue. Akhirnya orang lain yang pegang. Setelah kami mengakuisisi Danareksa, banyak sekali potensi yang bisa kami dapatkan.
Lagipula jaringan BRI ada di mana-mana. Saya ingin masyarakat Indonesia mengenal saham sesuai kampanye Bursa Efek Indonesia, Yuk Nabung Saham. Dengan adanya BRI dan Danareksa, maka masyarakat Indonesia akan mengerti seperti apa pasar modal. Investment management sangat perlu karena banyak yang akan kami lakukan. Bahkan, untuk asuransi, kami juga akan mempersiapkan perusahaan asuransi syariah untuk melengkapi BRI Syariah. Jadi semuanya terintegrasi dari hulu dan hilir. Kategori nasabah kami sangat bervariasi, mulai dari swasta besar, menengah dan kecil. Begitu pula BUMN besar, menengah dan kecil. Dan, mereka belum kami garap semuanya.
Artikel selengkapnya bisa Anda dapatkan pada
Majalah Marketeers edisi Des 18-Jan 19
bertajuk “Marketeer of The Year 2018”