Xiaomi, produsen smartphone asal Cina mengkritisi kebijakan pemerintah India terkait pengawasan ketat terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok. Hal itu membuat supplier komponen smartphone menjadi ragu-ragu untuk membuka operasi di India.
Demikian isi surat Muralikrishnan B, Presiden Xiaomi India kepada otoritas India dikutip dari Reuters, Senin (12/2/2024). Xiaomi yang memiliki pangsa pasar smartphone sebesar 18% di India meminta New Delhi mempertimbangkan untuk menawarkan insentif manufaktur dan menurunkan tarif impor bagi komponen smartphone tertentu.
Xiaomi diketahui merakit smartphone di India dengan sebagian besar komponen lokal dan sisanya diimpor dari Cina serta negara lain. Surat ini adalah respons Xiaomi terhadap pertanyaan dari Kementerian Teknologi Informasi India tentang bagaimana upaya pengembangan sektor manufaktur komponen negara tersebut.
BACA JUGA: Luncurkan SU7, Xiaomi Berambisi Masuk 5 Produsen Top Mobil Dunia
India meningkatkan pengawasannya terhadap bisnis Cina setelah bentrokan perbatasan pada tahun 2020. Bentrokan ini menewaskan setidaknya 20 tentara India dan empat tentara Cina.
Pengawasan itu mengganggu rencana investasi perusahaan-perusahaan Cina besar dan menimbulkan protes berulang kali dari Beijing. Dalam suratnya, Muralikrishnan mengatakan India perlu upaya membangun kepercayaan untuk mendorong para supplier komponen agar beroperasi secara lokal.
“Ada kekhawatiran di kalangan supplier komponen mengenai mendirikan operasi di India, yang berasal dari tantangan yang dihadapi perusahaan di India, terutama yang berasal dari Cina,” ujar Muralikrishnan.
BACA JUGA: Jelang Harbolnas, Xiaomi Luncurkan 2 Produk AIoT Terbaru
Surat itu menyatakan sejumlah kekhawatiran, termasuk yang berkaitan dengan masalah kepatuhan dan visa, tanpa memerincikan lebih lanjut.
“Pemerintah harus menanggapi kekhawatiran ini dan bekerja untuk menumbuhkan kepercayaan di antara supplier komponen asing, mendorong mereka untuk mendirikan fasilitas manufaktur di India,” Muralikrishnan menambahkan.
Kementerian Luar Negeri Cina telah menerima laporan Xiaomi atas kekhawatiran tersebut dan meminta India lebih terbuka dengan kerja sama.
BACA JUGA: Xiaomi Mi 14 Terjual Lebih dari 1 Juta Unit, Pasar Smartphone Cina Pulih?
“India akan memenuhi komitmennya untuk kerja sama terbuka dan memberikan lingkungan bisnis yang adil, transparan dan tidak diskriminatif. Hal ini juga sejalan dengan kepentingan India sendiri,” tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina.
Otoritas India tahun lalu menuduh perusahaan smartphone Cina, Vivo Communication Technology melanggar sejumlah aturan, seperti visa dan menyedot dana US$ 13 miliar dari India. India juga telah membekukan lebih dari US$ 600 juta aset Xiaomi atas dugaan pengiriman uang ilegal ke entitas asing, dengan menuduh perusahaan menyamarkannya sebagai pembayaran royalti.
Sejak tahun 2020, India telah melarang lebih dari 300 aplikasi Cina, termasuk TikTok milik ByteDance dan menghentikan proyek-proyek yang pernah dijadwalkan, seperti yang direncanakan produsen otomotif Cina BYD dan Great Wall Motor.
Di sisi lain, banyak eksekutif di perusahaan-perusahaan elektronik Cina kesulitan mendapatkan visa untuk masuk ke India. Perusahaan itu terus menghadapi persetujuan investasi yang lambat karena pengawasan ketat dari New Delhi.
Pada 31 Januari lalu, India telah mengurangi pajak impor untuk penutup baterai dan lensa kamera ponsel. Xiaomi juga meminta pengurangan tarif untuk sub-komponen yang digunakan dalam baterai, kabel USB hingga penutup ponsel.
Editor: Ranto Rajagukguk