Survei: Baru 34% Industri Keuangan Merasakan Manfaat AI

marketeers article
Sumber gambar: pers rilis.

AC Ventures, perusahaan modal ventura bersama dengan Boston Consulting Group (BCG) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meluncurkan penelitian terbaru bertajuk Harnessing the Power of (Gen) AI in Indonesian Financial Services. Berdasarkan penelitian tersebut, baru ada 34% industri keuangan di Indonesia yang telah merasakan manfaat dari penerapan teknologi kecerdasan buatan atau (generative artificial intelligence/AI) GenAI.

Andy Lees, Managing Director and Partner di BCG X menjelaskan studi ini didasarkan pada survei terhadap 41 pemimpin bisnis institusi keuangan dan wawancara dengan lima startup fintech. Di Indonesia, 61% institusi keuangan merasa yakin dengan infrastruktur teknologi mereka yang diperlukan untuk mengintegrasikan GenAI, terutama dalam konteks data dan sistem teknologi yang kokoh.

BACA JUGA: ICS Compute Luncurkan Redpumpkin Generative AI Asisstant Platform

Hampir separuh dari pemimpin sektor lokal mengeklaim sudah memanfaatkan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan, dengan sepertiga di antaranya melaporkan manfaat yang terlihat. Selain itu, 44% pemimpin lokal mengakui potensi GenAI dalam merevolusi penilaian risiko di microlending melalui sumber data dan model analitik yang lebih inovatif.

Selain layanan pelanggan dan microlending, empat area lain di mana GenAI dianggap bermanfaat di industri ini meliputi produktivitas, pinjaman cepat, manajemen penipuan, dan personalisasi yang sangat tepat. Meskipun antusiasme terhadap kemampuan GenAI tinggi, banyak institusi keuangan Indonesia masih berada pada tahap awal penerapan. Laporan tersebut menunjukkan 41% responden sedang menjalankan proyek percontohan GenAI dan uji coba konsep, memperluas penggunaan tersebut untuk memberikan nilai bisnis yang substansial masih menjadi tantangan.

BACA JUGA: Berbekal Data, Kini Kampanye Pilkada Bisa Pakai Generative AI

Hanya 37% yang merasa memiliki bakat yang diperlukan, dan upskilling karyawan untuk menggunakan dan berinteraksi dengan alat AI adalah salah satu dari tiga prioritas dasar terendah yang disebutkan. Sementara itu, hanya 29% yang merasa yakin dengan model operasional mereka untuk kesiapan GenAI. 

Agar penerapan GenAI berhasil, kesiapan bisnis perlu sejalan dengan kesiapan teknologi.

“Temuan kami menunjukkan bahwa teknologi ini telah diadopsi dengan cepat oleh baik institusi keuangan besar maupun perusahaan fintech. Namun, banyak inisiatif masih berupa proyek percontohan yang dipimpin oleh teknologi dan belum berhasil menghasilkan nilai bisnis nyata dalam skala besar,” kata Andy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/8/2024).

Sementara itu, Pandu Sjahrir, Pendiri AC Ventures dan Kepala Badan Ekonomi dan Financial Technology Kadin Indonesia menambahkan untuk mendorong pengembangan adopsi GenAI perlu adanya perbaikan kerangka regulasi. Terutama terkait dengan keamanan dan kedaulatan data nasional.

Pandu menyebut AI dan GenAI memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dengan mentransformasikan tidak hanya sektor swasta, tetapi juga perusahaan milik negara dan lembaga pemerintah. Implementasi yang efektif memerlukan pusat data yang berkelanjutan yang didukung oleh energi terbarukan, undang-undang privasi yang ketat, dan kemitraan publik-swasta yang kuat.

“Kami menekankan pentingnya keamanan siber untuk melindungi aset data nasional untuk pengembangan teknologi ini,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS