Survei Buktikan Sistem Kerja Fleksibel Jadi Tren di Kalangan Gen Z

Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas pekerja Gen Z lebih memilih sistem kerja fleksibel. Hanya 10% pekerja berusia 18–27 tahun yang ingin bekerja penuh waktu dari kantor, sementara sebagian besar lebih memilih sistem hybrid atau remote.
The Times melaporkan bahwa survei tersebut juga mencerminkan perubahan besar dalam pola kerja sejak pandemi. Hanya 40% pekerja yang tetap masuk kantor lima hari seminggu, dan 18% menjalani sistem hybrid dengan lebih banyak waktu di kantor.
Sementara sisanya, 21% pekerja Gen Z lebih sering bekerja dari rumah, 17% memilih bekerja sepenuhnya remote, dan 24% menjalani sistem hybrid dengan mayoritas pekerjaan dilakukan dari rumah.
Sebagian besar pekerja Gen Z melihat fleksibilitas sebagai sesuatu yang lebih penting dibanding kehadiran fisik di kantor. Mereka menilai bahwa bekerja dari rumah atau sistem hybrid lebih efisien, terutama dalam menghemat waktu dan biaya transportasi.
BACA JUGA: Survei Membuktikan 41% Gen Z Lebih Percaya AI daripada Rekan Kerja
Kerja Fleksibel Bukan Berarti Malas
Di sisi lain, survei juga membahas perbedaan persepsi antara generasi. Sebanyak 52% pekerja Gen Z mengaku merasa lebih malas dibanding generasi sebelumnya, tetapi para ahli menilai bahwa ini bukan sekadar kemalasan.
Charlie O’Brien dari Breathe HR menegaskan bahwa memilih bekerja dari rumah bukan berarti malas. Melainkan, sebuah perubahan gaya hidup dan teknologi yang mempermudah kerja jarak jauh.
“Banyak pekerja muda tidak mampu menanggung biaya transportasi dan sewa di kota besar, sehingga mereka memilih bekerja dari rumah sebagai solusi praktis,” jelasnya, dikutip Rabu (26/2/2025).
Selain itu, banyak pekerja justru merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah. HR consultant Gemma Bullivant menambahkan bahwa Gen Z lebih mengutamakan efisiensi dibanding sekadar menunjukkan kehadiran di kantor.
“Mereka bekerja lebih efektif, menetapkan batasan yang lebih jelas, dan memanfaatkan teknologi untuk mencapai hasil yang sama, bahkan lebih baik, tanpa harus buang waktu di perjalanan,” katanya.
BACA JUGA: 6 Hal yang Gen Z Harapkan dari Pekerjaan
Perusahaan Harus Beradaptasi
Menurut World Economic Forum, Gen Z diprediksi akan menjadi sepertiga dari total tenaga kerja pada 2030. Untuk itu, jika perusahaan tetap memberlakukan sistem kerja yang kaku, mereka bisa kehilangan pekerja muda yang sudah terbiasa dengan fleksibilitas.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan diri dengan ekspektasi mereka. Gearalt Fahy dari Womble Bond Dickinson menegaskan bahwa Gen Z bukan hanya ingin fleksibilitas, tetapi juga mencari perusahaan yang bisa memahami gaya kerja mereka.
“Bagi mereka, sistem kerja fleksibel bukan perubahan, tapi hal yang sudah mereka jalani sejak awal,” katanya.
Ia memperingatkan bahwa perusahaan yang masih menerapkan aturan kaku dapat kesulitan menarik dan mempertahankan pekerja muda. Sebagai solusi, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang lebih modern dan fleksibel.
“Alih-alih memaksa pekerja datang ke kantor, lebih baik menciptakan tempat kerja yang nyaman dan sesuai dengan ekspektasi mereka,” tutup Fahy.