Survei: Konsumen Inggris Rela Ganti Merek demi Potongan Harga

marketeers article
Ilustrasi supermarket. (Sumber: 123rf)

Masyarakat Inggris makin sadar akan masalah keuangan, meskipun inflasi mengalami penurunan. Hal ini menyusul efek dari krisis dan biaya hidup tinggi yang terus menimpa mereka. 

Dilansir dari Marketing Week, Kamis (11/7/2024), IPA TouchPoints merilis hasil survei yang menggambarkan hal suram tentang keuangan masyarakat Inggris yang mana lebih dari sepertiga orang (38%) tidak dapat bertahan dengan jumlah pendapatan mereka saat ini. Data ini mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan tahun lalu, tetapi 17% lebih tinggi ketimbang sebelum lockdown

BACA JUGA: Heboh Bekal Mi Instan Dicampur Nasi, Ini 5 Bahayanya bagi Kesehatan

Tekanan pada standar hidup ini dapat dimengerti menyebabkan konsumen mengubah kebiasaan belanja untuk mengurangi dampak terburuk. Data IPA TouchPoints menunjukkan sebanyak 45,95% konsumen mencari voucher potongan harga, meningkat 10% dibandingkan tahun lalu.  

Bahkan, 55% konsumen yang masuk dalam survei rela berganti merek untuk memanfaatkan kupon potongan harga. Angka tersebut naik 52,9% dari tahun ke tahun dan meningkat 18% dari sebelum lockdown

BACA JUGA: 5 Fakta Menarik LOL Indonesia: Yang Ketawa Kalah, Tayang di Prime Video

Data menunjukkan pola ini meluas hingga ke supermarket. Konsumen terus mengunjungi berbagai supermarket dan toko untuk berbelanja kebutuhan mingguan mereka, dengan 43,1% pembeli melakukannya (naik dari 42,7% tahun lalu).  

Data ini naik dari tingkat sebelum lockdown tahun 2020, yang mencapai 37,5%. Sepertiga konsumen atau 45,9% memeriksa perbandingan harga online suatu produk di toko sebelum mereka mempertimbangkan untuk membeli. 

BACA JUGA: Erick Thohir Klaim Dividen BUMN Digunakan untuk PMN

Semua ini menunjukkan bahwa konsumen makin berhati-hati, meskipun inflasi turun dalam beberapa bulan terakhir. Inflasi turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir pada bulan Juni menjadi 2%, terutama didorong anjloknya harga makanan dan minuman ringan. 

Namun, yang terpenting, harga makanan masih 25% lebih tinggi dibandingkan dengan banderol makanan pada awal tahun 2022. Bagi banyak orang, penurunan inflasi masih belum berdampak pada persepsi mereka tentang saldo pada akhir bulan. 

BACA JUGA: 5 Manfaat Minyak Atsiri bagi Kesehatan, Bisa Atasi Stres hingga Jerawat

Suku bunga acuan telah dipertahankan di 5,25% selama tujuh kali berturut-turut oleh Bank of England, menambah lebih banyak tekanan pada konsumen. 

“Tingkat inflasi mungkin telah turun, namun harga-harga belum mengikuti,” kata Belinda Beeftink, direktur riset media di IPA. 

BACA JUGA: Sukses dengan Tarot, Dex Lanjut Bintangi The Zone: Survival Mission 3

“Seperti yang dikatakan oleh Bank of England, banyak hal masih lebih mahal daripada sebelumnya. Seperti yang kami lihat dari data, banyak konsumen yang masih berjuang dengan pendapatan mereka saat ini dan sebagai akibat dari tekanan ke keuangan mereka. Mereka harus membuat pilihan pembelian berdasarkan biaya.” 

Menurut Beeftink, fokus pada nilai uang dan penghargaan terhadap loyalitas dapat menjadi hal penting bagi merek dalam berkomunikasi dengan pelanggan pada masa ekonomi yang sulit ini. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS