Survei: Mayoritas Orang Indonesia Lebih Banyak Menonton Konten Digital

marketeers article
Aplikasi konten digital YouTube. Sumber gambar: 123rf.

Perusahaan perangkat lunak analitik media digital, DoubleVerify melaporkan hasil survei terbarunya terkait dengan tren konsumsi konten masyarakat dunia. Hasilnya, sebanyak 66% orang Indonesia lebih banyak menonton konten digital setelah merebaknya pandemi COVID-19.

Dalam laporan tersebut, pembatasan sosial saat merebaknya pandemi selama tiga tahun terakhir telah berdampak pada selera dan perilaku konsumen terutama dalam hal mengonsumsi konten, iklan, dan kampanye pemasaran. Pergeseran ini diperkirakan akan terus berlanjut, bahkan setelah pembatasan sosial dicabut pada awal tahun ini dan masyarakat Indonesia kembali ke tradisi Ramadan dan Idulfitri.

BACA JUGA: Survei Populix: 72% Orang Indonesia Gunakan Internet untuk Berbelanja

Laporan Four Fundamental Shifts in Advertising and Media dari DoubleVerify ini menganalisis wawasan dari sekitar 16.000 konsumen global, termasuk Indonesia, untuk memberikan pandangan, data, dan wawasan yang dibutuhkan oleh para profesional industri periklanan dan pemasaran seiring dengan pesatnya perkembangan industri ini.

“Sebagian besar atau setara 66% orang Indonesia sekarang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengonsumsi konten setiap harinya, dibandingkan dengan sebelum pandemi, dan berharap untuk mengonsumsi lebih banyak konten YouTube (54%), Instagram (32%), dan TikTok (25%) dalam 12 bulan ke depan,” tulis hasil survei tersebut, dikutip Minggu (9/4/2023).

BACA JUGA: Konten Live Streaming Jadi Strategi Jitu Tarik

Temuan lain dari hasil survei menyebut, perhatian penonton konten (attention) menjadi mata uang media baru dan mendorong efektivitas media. Tercatat, hampir 70% responden menyatakan bahwa iklan yang menarik minat mereka dalam lima detik pertama akan membuat mereka lebih cenderung memperhatikan video tersebut.

Selain itu, responden juga mengakui lebih memperhatikan iklan video dengan durasi yang lebih pendek. Kemudian, belanja online melonjak dan menghadirkan peluang baru bagi jenama.

Tercatat, sebanyak 63% responden melaporkan bahwa mereka membeli lebih banyak barang secara daring saat ini dibandingkan sebelum pandemi. Di sisi lain, tren positif itu dibarengi dengan konsumen yang merasa khawatir akan adanya penyebaran ujaran yang menghasut, termasuk misinformasi dan disinformasi.

Konsumen juga memperhatikan nilai-nilai jenama, yang dapat berdampak pada loyalitas konsumen ketika suatu iklan terlihat terafiliasi dengan atau ditayangkan di samping konten yang mengandung misinformasi dan disinformasi. Sebanyak 55% responden mengaku cenderung tidak ingin membeli atau menggunakan kembali produk dari jenama tersebut.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related