Survei Membuktikan 41% Gen Z Lebih Percaya AI daripada Rekan Kerja

Agaknya sudah menjadi rahasia umum bahwa Gen Z mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali di dunia kerja. Sebuah studi terbaru bahkan menyatakan mereka lebih percaya pada AI ketimbang manusia saat mencari solusi atau bimbingan profesional.
Penelitian dari Pearl.com yang dilakukan di Amerika Serikat pada Desember 2024 lalu menunjukkan bahwa 41% Gen Z lebih memercayai AI dibanding manusia dalam konteks pekerjaan. Angka ini lebih tinggi dibanding generasi lain, yang masih cenderung mengandalkan rekan kerja atau atasan untuk mencari solusi.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa 50% Gen Z lebih nyaman membahas masalah pekerjaan dengan AI dibandingkan manajer, dan 83% Gen Z mengalami kecemasan ketika harus bertanya langsung kepada seseorang, baik secara tatap muka maupun online.
BACA JUGA: 6 Hal yang Gen Z Harapkan dari Pekerjaan
Fenomena ini menunjukkan bahwa AI bukan sekadar alat bantu bagi Gen Z, tapi telah menjadi sumber utama dalam pengambilan keputusan di tempat kerja. Meski menawarkan kemudahan dan efisiensi, ketergantungan berlebihan pada AI menimbulkan kekhawatiran.
Andy Kurtzig, Chief Executive Officer (CEO) Pearl, memperingatkan bahwa meskipun AI dapat menjadi sumber informasi yang luas, Gen Z tetap perlu mengandalkan manusia untuk memastikan kebenaran dan akurasi data yang mereka gunakan.
“Kekhawatiran terbesar bagi karyawan adalah mereka tidak tahu kapan mereka mendapatkan informasi yang tidak akurat jika hanya mengandalkan AI untuk mendapatkan jawaban,” ujarnya, dikutip dari Forbes, Kamis (20/2/2025).
Pernyataan tersebut tentu bukan tanpa dasar. Studi dari Purdue University menemukan bahwa ChatGPT memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan pemrograman dalam 52% kasus. Jika AI digunakan tanpa verifikasi dari manusia, kesalahan ini dapat menyebabkan masalah serius dalam dunia kerja, mulai dari miskomunikasi hingga kerugian finansial.
BACA JUGA: Berkaca dari Kasus Oh Yoanna, Ini Tips Hadapi Perundungan di Tempat Kerja
Supaya AI tetap menjadi alat yang bermanfaat tanpa menggantikan peran manusia sepenuhnya, Kurtzig menyarankan agar perusahaan menetapkan batasan yang jelas dalam penggunaannya. Beberapa langkah yang bisa diterapkan antara lain:
Mengakui bahwa AI telah menjadi bagian dari dunia kerja. Tidak dapat dipungkiri banyak karyawan yang sudah menggunakan AI dalam pekerjaan mereka, sehingga perusahaan perlu mengakomodasi hal ini dengan aturan yang jelas.
Mengedukasi karyawan tentang batasan AI. AI sering memberikan informasi yang tidak akurat, sehingga karyawan harus tetap melakukan verifikasi sebelum menggunakannya dalam keputusan penting.
Menentukan tugas yang cocok untuk AI. AI bisa digunakan untuk proofreading, brainstorming, atau merangkum informasi, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya sumber dalam pengambilan keputusan bisnis atau interaksi dengan klien.
“Menggunakan AI untuk pertanyaan dan tugas sederhana mungkin berisiko rendah, tetapi dalam urusan bisnis yang berisiko tinggi, seperti memproyeksikan keuntungan, tidak bisa mengandalkan AI semata,” tegas Kurtzig.
Editor: Tri Kurnia Yunianto