Praxis, agensi public relations dan public affairs menyatakan debat terbuka menjadi pilihan responden yang dapat memengaruhi keputusan hak pilih pada Pemilu 2024 mendatang. Berdasarkan hasil survei Praxis pada 1.108 responden sejak 14-17 Juli 2023, debat terbuka memperoleh 62,64% suara sebagai kegiatan kampanye yang paling memengaruhi preferensi responden dalam memilih pemimpin saat pemilu.
Hal ini jauh berbanding terbalik dengan peran dukungan politik/endorsement yang hanya berada di urutan terakhir sebesar 12,27%. Temuan ini menjadi isu menarik yang dibahas oleh para narasumber terutama bagi August Mellaz, Komisioner KPU sebagai penyelenggara pesta demokrasi.
“Debat terbuka tentu akan dikemas dengan cara-cara kekinian. Momentum debat terbuka berdasarkan basis data yang di-provide oleh teman-teman Praxis itu akan menjadi momentum emas. Mau tidak mau kalau data ini muncul dan dikonsumsi oleh tokoh partai politik, maka mereka akan pay attention,” ujar August.
Sofyan Herbowo, Director of Public Affairs Praxis mengungkapkan endorsement politik yang memiliki pengaruh rendah menjadi sebuah temuan yang begitu menarik.
“Itu sebenarnya temuan yang menarik juga ya. Riset saya sepuluh tahun lalu masih menjelaskan bagaimana tokoh-tokoh masyarakat masih punya pengaruh ke pemilih, terutama di daerah-daerah dimana masyarakat belum terekspos internet seperti saat ini. Meskipun saat ini semua orang pegang handphone dengan algoritmanya, tetapi influencer tidak berpengaruh signifikan lagi,” ujar Sofyan.
BACA JUGA: KPU Bangun Positioning Pemilu 2024 sebagai Sarana Pemersatu Bangsa
Sofyan Herbowo juga menambahkan pentingnya informasi terbuka dalam debat terbuka ternyata menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi dan kesadaran publik. Dorongan yang didapat saat ini melalui media sosial dan endorsement hanya menjadi referensi saja.
Masyarakat akan secara cerdas dan kritis terdorong untuk melakukan konfirmasi dan mencari data penunjang lain. Ini menunjukkan pemilih sudah makin modern.
Sofyan juga memaparkan kunci dan cara komunikasi bagi para tokoh politik dalam memenangkan hati masyarakat, terutama pada saat debat terbuka nanti.
“Kuncinya adalah dalam waktu yang pendek ini, kandidat bisa mengartikulasikan kebijakan dalam bentuk yang sangat operasional dan berdampak langsung bagi masyarakat. Satu lagi, partai politik adalah masa depan demokrasi,” ucap Sofyan.
Strategi komunikasi yang tepat akan menggiring awareness masyarakat untuk dapat kritis dan cerdas dalam memutuskan siapa pemimpinnya untuk lima tahun kedepan pada Pemilu 2024 nanti. Para calon dituntut untuk dapat membuat packaging yang jauh lebih artikulatif dari sekadar jargon kampanye biasa yang minim makna.
Poin ini penting dibangun pada masa kampanye dan debat terbuka nanti. Program-program besar yang diusung dalam lingkup kebijakan makro perlu diterjemahkan hingga ke spesimen terkecil, sehingga semua kelompok masyarakat mampu menikmati dan menyerapnya dengan baik, terlebih lagi bagi para milenial dan Gen Z.
Dari fakta ini, maka tak dimungkiri lagi jika para politikus dan calon pemimpin perlu mempelajari cara komunikasi efektif, bahkan marketing communication untuk dapat membangun kesadaran masyarakat akan eksistensi dirinya sebagai calon pemimpin terbaik Indonesia.
BACA JUGA: KPUD Jateng: Wujudkan Pemilu 2024 Bahagia Butuh Marketing
Editor: Ranto Rajagukguk