Tahun 2017 menjadi titik pencapaian terbaik sepanjang perjalanan bisnis PT Surveyor Indonesia (Persero). Setelah bertransformasi sejak tahun 1997, pada tahun lalu Surveyor Indonesia (SI) mencapai revenue tertinggi mereka senilai Rp 1 triliun. Padahal, Direktur Utama Surveyor Indonesia Arif Zainuddin memaparkan 60% bisnis yang mereka geluti masih dikuasai pihak asing.
Tidak hanya menembus revenue hingga Rp 1 triliun, SI dikatakan Arif mampu melampaui target pendapatan laba di tahun lalu. Hal ini ia ungkapkan bukan lantaran pasar yang masih sepi pemain.
“Dari sisi pemain, bisa kita klasifikasikan dalam tiga bagian. Untuk perusahaan BUMN yang bergerak di bidang serupa, kami memiliki tiga kompetitor. Di sektor ini, kami bersama perusahaan BUMN sejenis hanya memperoleh pasar sebesar 35%, sementara pihak swasta memperoleh angka yang lebih kecil (5%). Pemain asing masih menjadi pemain terbesar yang berhasil menguasai 60% pasar,” ungkap Arif di dalam BUMN Marketeers Club (BMC) di Jakarta, Rabu (31/01/2018).
Lebih jauh Arif menerangkan, di tengah tantangan ini sebenarnya ada hal menarik yang terjadi pada perkembangan bisnis selama 10-20 tahun terakhir. Arif bersama Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Surveyor Indonesia Dian M. Noer mengamati ada banyak hal yang tidak dapat diprediksi, yang bahkan mampu menjatuhkan sejumlah global brand ternama seperti BlackBerry ataupun Nokia. Hal ini ternyata turut dirasakan SI.
“Kondisi ekonomi cenderung fluktuatif dan memiliki pengaruh meski tidak signifikan bagi bisnis kami. Dilihat dari grafik pertumbuhan, tahun 2014 ketika kondisi ekonomi cukup baik, pendapatan SI mencapai Rp 800-900 miliar. Pada periode tahun 2015-2016, ekonomi mulai menurun dan berdampak kecil bagi bisnis kami. SI masih memperoleh angka di kisaran Rp 800-900 miliar. Yang menarik, meski ekonomi tahun lalu cukup fluktuatif, kami justru memperoleh revenue tertinggi sepanjang perjalanan bisnis ini,” ungkap Arif.
Kondisi ini kemudian membawa nilai optimistis SI dalam mengulang kesuksesan kembali. Arif menargetkan tahun ini SI dapat mencapai revenue hingga 20% dan laba di kisaran 27%. “Tantangannya memang besar, tetapi kembali lagi ketika ada tantangan pasti ada peluang. Persentase 60% yang masih dikuasai pihak asing menandakan masih ada pasar yang cukup besar yang harus kami garap,” kata Dian.
Dengan fokus pada empat sektor bisnis meliputi penguatan institusi dan kelembagaan, sektor infrastrukktur, mineral dan batu bara, hingga sektor Migas dan sistem pembangkit, diperkuat dengan lima layanan jasa (survei, insfeksi, verifikasi, konsultasi, verifikasi), SI optimistis meraup keuntungan besar pada tahun ini.
Mampukah SI merebut 60% potengan kue kuasa asing ini?
Editor: Sigit Kurniawan