Perkembangan industri di Indonesia mendorong perusahaan-perusahaan logistik untuk terus berinovasi dalam memenuhi tuntutan. Apalagi, dengan industri yang kini berputar di ranah digital dengan penjualan daring melalui e-commerce. Kemajuan digital ini jugalah yang mendorong perusahaan yang fokus kepada distribusi teknologi, informasi, dan komunikasi seperti PT Synnex Metrodata Indonesia untuk mengembangan pengelolaan logistik agar semakin canggih.
Memenuhi tuntutan logistik yang semakin besar, PT SMI pada hari ini, Selasa (26/02/2019) meresmikan penggunaan pusat logistik tahap pertama yang didirikan di MM2100 Industrial Estate, Cibitung. Pusat logistik seluas 22.000 m2 ini akan menampung 70.000 lebih sirkulasi barang. Dengan jumlah frekuensi sirkulasi barang yang demikian besar, SMI menerapkan sistem Warehouse Management Digital untuk memudahkan pengelolaan gudang.
“Dengan frekuensi sirkulasi yang tinggi, kami menerapkan sistem manajemen digital untuk mengatur penempatan barang dan keluar masuknya barang. Jadi, saat barang sampai ke gudang, Jadi, saat barang sampai akan dimasukkan data dan diatur di mana tempatnya. Begitu pun saat barang keluar, yang lebih dulu masuk, otomatis juga akan lebih dulu keluar. Itu sudah diatur dengan komputer,” Jelas Agus Hanggo Widodo, Presiden Direktur PT SMI.
Agus memprediksikan adanya perkembangan industri logistik yang pesat hingga lima tahun ke depan. Sehingga, pihaknya mengatakan bahwa PT SMI juga akan merencanakan pembangunan tahap dua dari pusat logistik yang sudah ada saat ini.
“Saat membeli tanah, kami sudah pikirkan untuk pembangunan tahap kedua dari pusat logistik ini. Tanah ini memiliki luar 5.500m2 dan baru dipakai sebagian. Di sebelah kiri tahap pertama itu kami merencanakan akan melanjutkan pembangunan pusat logistik tahap kedua,” lanjut Agus.
Menurut Agus, tahap kedua pusat logistik akan dibangun sekitar tiga atau empat tahun lagi. Pembangunan ini tergantung dengan perkembangan perekonomian PT SMI pada tahun-tahun mendatang. Nantinya, PT SMI juga merencanakan pusat logistik tahap kedua ini bersifat lebih canggih dengan dilengkapi robot-robot pekerja.
“Nantinya, kami akan membangun pusat logistik pertama yang menggunakan robot sebagai pekerjanya. Jadi, di gudang yang besar ini, hanya dibutuhkan setidaknya sepuluh orang pekerja manusia dan sisanya dikerjakan oleh robot. Hal ini juga untuk mendukung efisiensi proses pergudangan. Rencana kami ini juga dipengaruhi oleh Synnex Internasional yang sudah menggunakan robot di gudang di Taiwan dan Australia,” tutup Agus.
Editor: Sigit Kurniawan